"Air berisik" dok. Ardian |
Ketika keluar dari Telaga Rano, Budi bercerita tentang suatu
tempat seperti mata air atau lubang yang bereaksi terhadap suara. Mereka bilang
ketika berisik atau berterik di dekat tempat tersebut, maka air yang keluar
dari lubang akan bergejolak semakin kencang. Tetapi ketika diam, gejolak air
pun mereda. Aku sedikit bingung sekaligus penasaran dengan cerita Budi. Aku
paksa mereka untuk mengantarku ke tempat itu hari ini. Untungnya mereka mau.
Dengan mengendarai dua motor, Budi dan Kozin mau mengantar aku serta bang
Irwandi ke “air berisik” (aku lupa nama tempat itu) yang mereka maksud.
Kata mereka tempatnya cukup jauh, sekitar 3 km dari rumah nyai, seorang wanita Sunda yang bersuami
orang Ternate dan menetap di sini sejak lama. Seminggu ini kami tinggal di tempat
nyai. Tadi pagi Budi dan Kozin datang
dan mengajak kami ke “air berisik” itu. Setelah naik motor menuju ladang milik
warga, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyeberang sungai, masuk ke
kebun terong milik warga transmigran, kemudian berjalan menyusuri sungai hingga
tiba di tempat itu. Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 3 km, seperti kata
mereka.
Letak “air berisik” itu berada di pinggir aliran sungai; ada
aliran kecil yang mengalir dari perkebunan warga, kemudian pada bagian hilirnya
terdapat semacam hole di mana “air
berisik” itu berada. Jujur, aku cukup takjub waktu pertama kali melihatnya.
Tempat ini dulunya bersih, namun sekarang ada banyak kayu melintang di atasnya.
Warga di sini yang menaruhnya sejak ada seekor rusa masuk ke dalam lubang itu
dan tenggelam. Mereka khawatir jika ada manusia yang masuk ke dalam lubang
tersebut dan tidak bisa kembali lagi.
Menurut Budi, dulu sering orang-orang desa Trans melakukan
percobaan dengan memasukkan bambu sepanjang kurang lebih 10 m ke dalam lubang
tersebut. Hasilnya, bambu itu tidak pernah menyentuh dasar. Pernah juga mereka
mengikat batu besar dengan tali panjang, tetapi juga tidak bisa tenggelam. Saat
melakukan beragam eksperimen itulah, mereka menyadari adanya pengaruh suara
terhadap gelombang yang keluar dari lubang itu. Ketika suara semakin ramai,
gelombang yang keluar dari lubang itu semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Ketika mereka diam atau tidak ada suara, gelombang yang keluar pun melemah.
Nama “air berisik” sebenarnya sebutanku saja, karena lupa dengan sebutan yang
diberikan oleh warga Trans untuk tempat itu. Nanti deh, aku tanyakan dulu ke
Budi atau Kozin.
Sewaktu ke tempat itu, kami juga melakukan eksperimen yang
sama untuk membuktikan kebenaran tempat itu. Bang Irwandi berteriak kencang
untuk melihat reaksi gelombang yang keluar. Sesekali kami juga berdiam diri
tanpa suara dalam beberapa menit untuk melihat perbedaannya. Ternyata gelombang
yang keluar dari lubang itu tidak berbeda ketika suara ramai ataupun sepi/
tidak ada suara. Jadi, kami menyimpulkan kalau besar kecilnya gelombang yang
keluar dari lubang itu tidak ada berpengaruh terhadap besar kecilnya suara yang
ada di sekitar tempat tersebut.
Budi dan bang Irwandi melakukan eksperimen dengan melemparkan batu besar ke dalam lubang dok. Ardian |
Eksperimen lain kami lanjutkan untuk mengukur kedalaman
tempat itu. Kozin mengambil akar panjang yang banyak menggelantung di pohon
untuk dijadikan tali. Kemudian pada bagian ujungnya diikatkan sebuah batu
seukuran kepala. Bang Irwandi melempar batu itu ke dalam lubang. Namun anehnya
batu itu tidak tenggelam; maksudnya batu itu seperti terombang-ambing di
tengah-tengah, sekitar 2 atau 3 meter dari permukaan. Kemudian aku mencoba dari
sisi yang lain. Ternyata kejadiannya tetap sama. Hanya 2 atau 3 meter saja
panjang tali yang tenggelam, dan batu terasa seperti terombang-ambing. Tentunya
berbeda sekali dengan cerita Budi kalau dulu pernah ada yang memasukkan bambu
sepanjang kurang lebih 10 meter dan tidak sampai ke dasar. Aku tidak
menyalahkan cerita itu, tetapi mungkin ada yang salah dengan keadaan di dalam
lubang itu. Batu yang kami lemparkan ke dalam lubang itu seperti terdorong
kembali ke permukaan. Kami menyimpulkan bahwa kemungkinan ada mata air atau
sungai bawah tanah di bawah lubang tersebut. Sementara baru itu kesimpulan
awalnya. Mungkin jika ada yang ingin meneliti hingga lebih detail, baru
kebenaran bisa terungkap.
Kalian pasti heran seperti apa sih “air berisik” atau sungai
bawah tanah itu? Ini aku kasih foto dan rekaman videonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar