![]() |
dokumentasi Ikalkeriting.blogspot.com |
Waktu ke sana kemarin, banyak sekali perubahan di tempat ini, di antaranya gazebo yang banyak dibangun di beberapa spot sebagai tempat peristirahatan, anak-anak tangga dari batako dibeberapa tempat yang sedikit menanjak, camping ground yang luas dan nyaman, jalan menunju ke puncak yang lebih mudah, dan adanya jalur menurun yang nantinya akan melewati jalan sempit di antara dua bukit karang besar. Dulu jalan ini sepertinya belum ada. Terlihat dari kondisi jalurnya yang terlihat rapi. Dari atas juga terlihat embung yang terlihat masih dalam proses pembangunan.
Tempat ini juga cukup bersih, tong sampah sudah ada di banyak
tempat. Tetapi masih ada saja orang-orang bodoh yang tidak bisa baca papan
pengumuman “Buang Sampah Pada Tempatnya” dan orang buta karena tidak melihat
ada banyak tong sampah sehingga mereka membuang sampah dengan sembarangan. Satu
lagi, orang-orang alay yang mencorat-coret batu dan gazebo dengan nama-nama
jelek mereka. Astaghfirullah, kenapa jadi emosi.
Ah, perubahan (lebih baik) juga terdapat di bagian toilet yang
terletak di loket. Setiap pengunjung yang hendak menggunakan fasilitas toilet
diwajibkan melepas alas kaki di depan. Pengelola sudah menyiapkan sendal untuk pengunjung
yang ingin ke toilet. Ini cara yang cerdas untuk menjaga kondisi toilet tetap
bersih dan nyaman. Namun, lagi lagi masih ada saja orang “bodoh” dan “buta”
yang seenaknya saja masuk dengan kondisi alas kaki kotor. Astaghfirullah… #emosilagi.
Ini bukti kalau masyarakat desa Nglanggeran benar-benar sadar
perubahan dan jujur. Sebagian besar pengelolaan pariwisata melibatkan warga
desa Nglanggeran. Berbagai bantuan yang diberikan seperti PNPN yang diterima
tahun 2011 dan 2012 mereka gunakan untuk mengembangkan berbagai sarana dan
prasarana pendukung di tempat ini. Pembangunan embung Nglanggeran sebagai
pelengkap untuk Kebun Buah Nglanggeran yang baru diresmikan Sri Sultan
Hamengkubuwono pada 19 Februari 2013 lalu juga diambil dari dana hibah APBD DIY
sebesar 1,4 M. Terdapat durian montong, klengkeng, rambutan, alpukat, kako, dan
sebagainya. Namun, kebun buah ini baru bisa dinikmati minimal lima tahun lagi. Salah
satu wujud keberhasilan terlihat dari jumlah pengunjung yang terus meningkat
setiap tahunnya.
Sedikit ngomongin Embung Nglanggeran nih. Dari info yang aku dapat,
Embung ini cukup unik karena dibangun di atas bukit dengan ketinggian 500 mdpl.
Terletak di kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Embung ini
memanfaatkan air hujan dan suplai mata air yang ada di desa Nglanggeran,
Sumber Air Tujuh. Aku kurang tahu bagaimana sejarahnya sumber mata air ini.
Dari yang pernah aku dengar, di Nglanggeran terdapat 7 sumber mata air yang digunakan
sebagai tempat semedi pada zaman dulu.
![]() |
dokumentasi Ikalkeriting.blogspot.com |
Eh, pada tau embung gak sih? Itu beda lho sama embuh. Duh, udah ngomong panjang lebar gini gekgek pada nggak tau embung itu apa. Googling sono….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar