Jumat, 10 Januari 2014

Jika Tuhan Menghadapkanmu pada Hal yang Sama Beberapa Kali

Jika Tuhan menghadapkanmu pada kejadian atau kesempatan yang sama berulang kali, mungkin Dia ingin agar kita mengambil kesimpulan dan langkah yang ‘benar’ dari sebelumnya. Atau, kita memang sedang dipersiapkan untuk hal itu.
- Ardian justo, 17 September 2013-

Dua bulan yang lalu, hari terakhir training asisten enumerator SPKP 2013 yang diselenggarakan oleh PSKK UGM. Pada hari itu, aku ditunjuk menjadi salah satu supervisor atau koordinator tim untuk penelitian tersebut bersama 23 orang lainnya. Bagiku ini sesuatu yang luar biasa besar, mengingat ini adalah pengalaman pertamaku mengikuti penelitian SPKP atau semacamnya. Aku sempat konfirmasi ke panitia, mungkin saja mereka salah menyebutkan nama atau aku salah dengar, karena dalam training tersebut ada satu orang yang namanya mirip denganku. Selain itu, aku juga mengatakan kalau aku sama sekali belum punya pengalaman mengikuti kegiatan semacam ini, lebih lagi menjadi supervisi. Tapi mereka yakin tidak salah menyebutkan nama. Co-trainer untuk timku saat training yang menunjukku untuk menjadi supervisor.

Mandi kali Begagan Limo bareng. hahaha

Dulu aku pernah berpikir untuk tidak lagi mau menjadi koordinator, ketua, pemimpin untuk suatu kelompok atau semacamnya. Mengingat pengalaman yang telah terjadi ketika aku menjabat posisi yang sama, hasilnya jauh dari memuaskan. Tapi selalu saja aku mendapat kesempatan itu lagi. Sekarang kesempatan itu datang lagi. Kali ini aku benar-benar tidak bisa menolak.


ngerujak bareng

Akhirnya aku sadar, selama ini mungkin aku sudah salah menyikapi kesempatan tersebut sehingga Allah terus menghadapkanku pada kesempatan yang sama berulang kali agar aku bisa mengambil sikap yang lebik baik dari sebelumnya. Mungkin juga, aku sedang dipersiapkan untuk memegang posisi tersebut kelak. Amien.
Kegiatan survey itu sudah selesai sejak awal november lalu. Alhamdulillah hasilnya tidak terlalu buruk. Memang ada banyak komplain dari teman-teman satu tim tentang sikap atau caraku membuat keputusan. Namun, ketika dijelaskan tentang konsep, tujuan dan melihat hasilnya, mereka akhirnya percaya dan menerima semua keputusan yang aku berikan.

Qoyim suatu saat ketika kami ke pasar untuk fotokopi berkas pernah bertanya apakah aku pernah ngerasa jika dikucilkan oleh teman-teman atau di-rasani (diomongin di belakang). Aku jawab pernah, bahkan sering ngerasa demikian. “Sejak diputuskan aku dipilih jadi Spv, aku sudah siap dengan segala risikonya, termasuk dikucilkan, dirasani, ditolak, dikritik, dan sebagainya. Itu memang risiko ketua, pimpin, termasuk spv. Ya semua diterima saja. Yang penting selalu lakukan yang terbaik.”

sebelum berangkat ke wisata Pacet, Mojokerto

Kemudian dia mengiyakan. Waktu aku tanya apa yang biasa dikomplainkan teman-teman, dia tidak mau jawab. Hanya bilang dia juga salah satu orang yang dulu sering komplain dengan keputusan yang aku buat. Tetapi ya akhirnya dia paham juga posisiku.

Hingga menjelang akhir kegiatan dulu, hubunganku dengan teman-teman satu tim semakin baik. Nyaris tidak ada batas, semua membaur, bercengkrama, curhat, bercanda, dan akhirnya ditutup dengan liburan bareng ke Bromo dengan motor.

Setelah selesai survey, aku banyak cerita dengan teman-teman dari tim lain. Ternyata banyak di antara mereka yang punya masalah dengan spv. Alhamdulillah tim kami masih cukup baik, walaupun ada banyak masalah internal, tetapi setidaknya tidak sampai berlarut-larut. Sejauh ini kami masih saling komunikasi, walaupun hanya sebatas menanyakan “Kapan HR-nya turun?”

Ah, sial.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman