Jika Tuhan
menghadapkanmu pada kejadian atau kesempatan yang sama berulang kali, mungkin
Dia ingin agar kita mengambil kesimpulan dan langkah yang ‘benar’ dari
sebelumnya. Atau, kita memang sedang dipersiapkan untuk hal itu.
- Ardian justo, 17
September 2013-
Dua bulan yang lalu, hari terakhir training
asisten enumerator SPKP 2013 yang diselenggarakan oleh PSKK UGM. Pada hari itu,
aku ditunjuk menjadi salah satu supervisor atau koordinator tim untuk
penelitian tersebut bersama 23 orang lainnya. Bagiku ini sesuatu yang luar
biasa besar, mengingat ini adalah pengalaman pertamaku mengikuti penelitian
SPKP atau semacamnya. Aku sempat konfirmasi ke panitia, mungkin saja mereka
salah menyebutkan nama atau aku salah dengar, karena dalam training tersebut
ada satu orang yang namanya mirip denganku. Selain itu, aku juga mengatakan
kalau aku sama sekali belum punya pengalaman mengikuti kegiatan semacam ini,
lebih lagi menjadi supervisi. Tapi mereka yakin tidak salah menyebutkan nama. Co-trainer untuk timku saat training
yang menunjukku untuk menjadi supervisor.
Mandi kali Begagan Limo bareng. hahaha |
Dulu aku pernah berpikir untuk tidak lagi mau
menjadi koordinator, ketua, pemimpin untuk suatu kelompok atau semacamnya.
Mengingat pengalaman yang telah terjadi ketika aku menjabat posisi yang sama,
hasilnya jauh dari memuaskan. Tapi selalu saja aku mendapat kesempatan itu
lagi. Sekarang kesempatan itu datang lagi. Kali ini aku benar-benar tidak bisa
menolak.
ngerujak bareng |
Akhirnya aku sadar, selama ini mungkin aku
sudah salah menyikapi kesempatan tersebut sehingga Allah terus menghadapkanku
pada kesempatan yang sama berulang kali agar aku bisa mengambil sikap yang
lebik baik dari sebelumnya. Mungkin juga, aku sedang dipersiapkan untuk
memegang posisi tersebut kelak. Amien.
Kegiatan survey itu sudah selesai sejak awal
november lalu. Alhamdulillah hasilnya tidak terlalu buruk. Memang ada banyak
komplain dari teman-teman satu tim tentang sikap atau caraku membuat keputusan.
Namun, ketika dijelaskan tentang konsep, tujuan dan melihat hasilnya, mereka akhirnya
percaya dan menerima semua keputusan yang aku berikan.
Qoyim suatu saat ketika kami ke pasar untuk
fotokopi berkas pernah bertanya apakah aku pernah ngerasa jika dikucilkan oleh
teman-teman atau di-rasani (diomongin
di belakang). Aku jawab pernah, bahkan sering ngerasa demikian. “Sejak
diputuskan aku dipilih jadi Spv, aku sudah siap dengan segala risikonya,
termasuk dikucilkan, dirasani, ditolak, dikritik, dan sebagainya. Itu memang
risiko ketua, pimpin, termasuk spv. Ya semua diterima saja. Yang penting selalu
lakukan yang terbaik.”
sebelum berangkat ke wisata Pacet, Mojokerto |
Kemudian dia mengiyakan. Waktu aku tanya apa
yang biasa dikomplainkan teman-teman, dia tidak mau jawab. Hanya bilang dia
juga salah satu orang yang dulu sering komplain dengan keputusan yang aku buat.
Tetapi ya akhirnya dia paham juga posisiku.
Hingga menjelang akhir kegiatan dulu,
hubunganku dengan teman-teman satu tim semakin baik. Nyaris tidak ada batas,
semua membaur, bercengkrama, curhat, bercanda, dan akhirnya ditutup dengan
liburan bareng ke Bromo dengan motor.
Setelah selesai survey, aku banyak cerita
dengan teman-teman dari tim lain. Ternyata banyak di antara mereka yang punya
masalah dengan spv. Alhamdulillah tim kami masih cukup baik, walaupun ada
banyak masalah internal, tetapi setidaknya tidak sampai berlarut-larut. Sejauh ini
kami masih saling komunikasi, walaupun hanya sebatas menanyakan “Kapan HR-nya
turun?”
Ah, sial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar