Rabu, 30 Januari 2013

Tidak Ada yang Secantik Senja

“Cantik itu pengakuan. Dan kuakui, tidak ada yang secantik senja di dunia ini…. “

Ini semacam membangkitkan hobi yang telah lama hilang. Hobi? Mungkin lebih tepatnya kegilaan. Saya merasa tergila-gila terhadap senja. Sudah lama kegilaan itu tidak saya lakukan, walau sesekali ketika dalam perjalanan atau berada di suatu tempat yang ketika itu senja muncul dengan cantiknya, saya akan menikmatinya. Walau sejenak.

Dulu, ketika di asrama. Hampir setiap sore saya naik ke genteng asrama dan duduk di sana untuk menikmati senja hingga matahari tenggelam. Saat masa-masa semester awal kuliah, saya sering ke pantai depok atau parangtritis untuk sekedar menikmati matahari terbenam dan langit jingga. Terkadang saya bersama teman, tapi lebih sering sendiri. Duduk di atas pasir pinggiran pantai, berdiam diri seraya mata menatap lurus ke barat. Menikmati setiap langkah matahari menyelinap di balik lautan, dan setiap jengkal langit berwarna jingga. Kemudian setelah magrib baru pulang.

Selama empat hari kemarin, kegilaan itu kembali saya lakukan. Awalnya ketika sabtu itu, saat secara bersamaan antara dia, senja, pelangi tanpa hujan, dan purnama muncul dalam satu hari. Yap, bisa kalian bayangkan bagaimana indahnya hari itu. Keesokan harinya, aku memutuskan untuk meminjam kamera dan mengajak temanku ke Bukit Bintang untuk motret senja. Yap, senja. Bukan sunset. Kareand di Bukit Bintang nggak bakal kelihatan sunsetnya. Di Bukit Bintang kami mendapatkan beberapa foto senja yang, hmmm… lumayanlah..








Ketagihan dengan cantiknya senja di Bukit Bintang, keesokan harinya saya melanjutkan perburuan senja di tempat yang berbeda, yaitu pantai. Saya nggak tahu itu pantai apa. Kalau kamu dari parangtritis mau ke pantai Depok lewat gumuk pasir, tempatnya setelah gapura prasasti gumuk pasir. Beberapa ornamen di sana cukup membuat hasil foto senja lumayan bagus menurutku. Hamparan pasir, beberapa orang, dan perahu-perahu nelayan yang berbaris di pinggir pantai.
(Gambar)

Di tempat ini, senja terlihat cantik sekali. Matahari yang hendak terbenam juga beberapa kali tertangkap kamera dalam wujud bulat seperti bola api yang sebagian tertutup hamparan awan. Semakin sore, senja semakin menawan. Warna jingga, ungu kuning, biru langit, dan hitam pantai membuat kombinasi warna yang mengagumkan. Ketika matahari mulai gelap, saya mencoba dengan teknik blub, dengan mengambil siluet perahu sebagai foreground. Dan hasilnya….









Hari ketiga, sejak siang hari begitu cerah. Langit bersih dari awan yang bergumpal. Hanya sedikit awan tipis di tepian langit barat. Jam empat sore saya langsung meluncur ke malioboro. Di sepanjang jalan malioboro hanya mendapat beberapa foto human interest, saya melangkahkan jalan ke taman kota. Di sini, biasanya senja juga cukup cantik. Lebih lagi dengan bangunan-bangunan tua kota jogja yang semakin menawan ketika warna kekuningan dari senja menimpa permukaannya. Tapi sepertinya tidak untuk sore ini. Hanya gedung Pos gedhe dan gedung BI yang tertimpa cahaya kekuningan senja.

Kurang puas, saya melangkahkan kaki ke alun-alun utara. Di sana masih banyak pekerja, mobil, dan truk-truk besar membereskan sisa-sisa Sekaten. Tetapi di bagian barat, saya menemukan apa yang saya cari. Siluet kubah masjid gedhe keraton dan pohon beringin tertimpa matahari yang turun di antara keduanya.
Saya melihat sekeliling saya, siapa tahu ada sesuatu yang bisa digunakan sebagai aksesoris penguat senja sore ini. Yap, saya menemukan lampu-lampu jalanan, tukang becak, angkringan, dan beberapa orang yang saling bercengkrama. Semuanya saya jadikan penguat kecantikan senja sore ini.








Setelah ini, saya masih ketagihan untuk berburu senja di tempat lain dan memenjarakannya di dalam kamera. Tetapi waktu itu entah kapan. Yap, mudah-mudahan ada waktu dan teman saya berbaik hati untuk meminjamkan lagi kameranya kepada saya. Hehehe *ketauan deh kalo kamera pinjeman*.

Ardian Justo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman