Rabu, 30 Januari 2013

Jika Orangtua Bijaksana

suparyanto.blogspot.com



Ada pertanyaan besar dalam kepalaku, kenapa orangtua seringkali mengarahkan pilihan kepada anaknya sesuai apa yang mereka tahu. Bahkan dalam beberapa kasus, tidak memberikan pilihan kepada anaknya untuk memilih apa yang ia inginkan. Apa mereka benar-benar ingin memberikan kebahagiaan kepada anaknya, atau mendapatkan kebahagiaan yang mereka inginkan melalui anaknya? Jika alasannya ingin memberikan kebahagiaan buat anaknya, apa pilihan itu benar-benar yang diinginkan anaknya?

Saya sempat menemui beberapa orang yang mengeluhkan apa yang dilakukan orangtuanya. Ketika kuliah, orangtuanya menginginkan dia untuk masuk jurusan yang mereka inginkan. Dia menurut saja. Ketika dia masuk ke semester lima, orangtuanya menginginkan dia untuk segera mengambil skripsi dan segera menyelesaikan kuliahnya. Dia mengeluhkan sikap orangtuanya tersebut. Belum lagi orangtuanya juga menginginkannya untuk melanjutkan S2, sedangkan ketika itu ia ingin sekali terjun ke lapangan menjadi pengajar di daerah-daerah terpencil.

Film 3 Idiot (2009), film india yang dibintangi Ameer Khan juga menceritakan hal yang sama. Salah seorang tokohnya yang memiliki hobi fotografi, dipaksa untuk kuliah di institut Teknik. Dalam prosesnya ia bisa, Tetapi tidak bisa mendapatkan hasil yang baik. Ia dipaksa oleh temannya untuk mengatakan kepada orangtuanya apa yang ia inginkan. Akhirnya orangtuanya memahami apa yang ia inginkan dan mengizinkan anaknya memilih jalannya sendiri.

Dari beberapa kasus di atas,  terlihat jika apa yang diinginkan orangtua tidak selamanya apa yang juga diinginkan anaknya. Begitu juga tentang kebahagiaan. Setiap orang punya jalan kebahagiaannya masing-masing, termasuk kebahagiaan orangtua dan anaknya. Saya tegaskan, kebahagiaan itu tetap sama, hanya jalan dan tolak ukur kebahagiaan masing-masing orang itu yang berbeda.

Jika mereka adalah orangtua yang bijaksana, mestinya mereka bisa melihat kondisi zaman ketika mereka mencari kebahagiaan mereka dengan zaman ketika anaknya akan mendapatkan kebahagiaannya. Berangkat dari pengalaman mereka, semestinya mereka bersikap sebagai pendamping, mentor, penasehat, dan dewan pertimbangan bagi anaknya. Bukan pemberi keputusan, lebih lagi penentu jalan untuk anaknya. Jika orangtua bijaksana, semestinya mereka bisa memahami apa yang diinginkan anaknya, menjelaskan dengan baik setiap konsekuensi, masalah, dan hasil yang akan mereka dapat secara objektif dan seimbang. Jika orangtua bijaksana, semestinya mereka bisa mendukung apa yang diinginkan anaknya. Jika orangtua bijaksana, semestinya mereka bahagia ketika anaknya bahagia dengan jalannya sendiri.

Setiap masalah pasti ada. Itu juga yang akan dihadapi anaknya ketika memutuskan untuk mencari jalannya sendiri. Jika orangtua bijaksana dan mengerti, setiap anak pasti mengidolakan orangtua mereka. Itu juga membuat mereka ingin menjadi seperti orangtuanya. Jatuh bangun, menangis, tertawa, menjadi dewasa dan mandiri seperti orangtua mereka ketika berada dalam jalan mereka sendiri. Jika orangtua bijaksana dan mengerti, sebenarnya anak-anak yang menolak bantuan dari orangtua mereka bukan karena tidak menghargai niat baik orangtuanya, mereka hanya tidak ingin terus menerus berlindung di bawah ketiak orangtuanya. Suatu waktu, ketika mereka merasa tidak mampu lagi berjalan dan merasa nyaris putus asa, anak-anak akan tahu kemana jalan pulang menuju rumah mereka. Orang tua semestinya bersikap siap siaga menjadi tempat bersandar untuk anaknya.

Memang terlihat seperti memaksa orangtua untuk menuruti keinginan anaknya. Tidak. Anak-anak juga menuruti apa yang orangtua inginkan jika itu tidak bertentangan dengan mereka. Atau jika orangtua bisa menjelaskan dengan baik apa yang orangtua inginkan dan mengapa mereka melarang dengan cara yang baik. Memang tidak semua orangtua bisa melakukan hal itu. Tetapi, jika orangtua bisa mengerti anaknya, maka anak juga bisa mengerti orangtuanya. Begitu juga sebaliknya.

Anak-anak adalah buah hati orangtuanya. Setiap sifat, karakter, gaya bicara, dan banyak hal lainnya terbentuk salah satu dan terbesar adalah dari dukungan orangtua. Jika anak keras kepala, pemarah, suka melawan, salah satunya dari orangtua. Begitu juga jika anak memiliki sifat sabar, rendah hati, menghargai oranglain, juga dari faktor orangtuanya. Secara kasarnya dapat dikatakan, anak adalah robot berakal yang dibentuk dan diciptakan oleh orangtua.

Kunci berjalanannya keharmonisan dari anak dan orangtua adalah komunikasi. Komunikasi yang baik bisa menjelaskan semuanya. Apa yang diinginkan anaknya, dan apa yang orangtua mau. Orangtua yang lebih mengerti tentang anaknya, karena sejak mereka lahir, hampir 24 jam mengamati setiap pertumbuhan anaknya. Jika orangtua bijaksana, mereka dapat mengarahkan anaknya ke jalan kebahagiaan mereka sendiri.  

Catatan ini hanya sekedar curahan hati saya, sebagai seorang anak. Penulisan ini lebih banyak berupa sisi subjektivitas dari penulis. Jika ada tanggapan dari para orangtua, saya sangat berterima kasih. Meski itu juga berupa subjektivitas. 

Ardian Justo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman