Suatu malam aku, bang Haji, Bang Joe dan beberapa teman lain
ngobrol usai makan malam di salah satu warung kaki lima di jalan Gatot Subroto.
Datang seorang bapak setengah baya, dengan pakain lusuh dan menyodorkan mangkuk
plastik yang ia bawa kepada kami. Bang haji mengeluarkan sejumlah uang dari
sakunya dan memasukkan ke dalam mangkuk tersebut. Bapak tua itu kemudian pergi
meninggalkan kami. Obrolan kami kemudian beralih membicarakan pendapatan
seorang pengemis.
“Teman saya pernah bilang, gaji PNS itu cuma sekitar 10
persen dari pendapatan pengemis,” ujar bang Haji. “Bayangkan saja, satu orang
pengemis cuma berdiri di perempatan jalan. Setiap lampu merah dia keliling ke
kendaraan yang berhenti. Satu sisi jalan hitunglah lama lampu merah sekitar 2
menit. Dalam dua menit itu, jika perorang minimal memberi 1000 rupiah, dan ada
10 orang saja yang memberi, sudah 10000. Kalau dia muterin ke empat sisi jalan,
dan hitunglah rata-rata 10.000 yang ia dapat tiap satu sisi jalan, berarti
sudah 40.000 yang ia dapat dalam delapan menit. Dalam satu jam, enam puluh
menit, kira-kira dia bisa dapat 750.000. Kalau dia ‘kerja’ dari jam delapan
pagi sampai jam 5 sore, kurang lebih sekitar 9 jam. Bayangkan saja berapa
pendapatan yang dia dapatkan,” jelas bang Haji.
“Itu baru satu hari. Bayangkan
sendiri lah berapa pendapatan mereka selama sebulan,” kata bang Joe
menambahkan. “Wajar kalau dulu pernah ada seorang pengemis yang masuk tivi, dia
cerita kalau dia punya rumah besar, truk, dan tiap anaknya ulang tahun mereka
rayakan di restoran, minimal KFC,” sambungnya.
“Jadi, mereka lebih mampu dari kita, kenapa harus dikasih?”
tanyaku.
“Ketika seseorang menyodorkan tangannya meminta bantuan,
kewajiban kita sesama manusia adalah memberi pertolongan. Kalau kita pengen
ngasih ya ngasih aja, nggak perlu kita berpikir macam-macam tentang apa yang
akan mereka perbuat dengan uang yang kita beri, yang penting kita ikhlaskan
niat untuk menolong. Apa yang akan dia lakukan dengan uang itu, ya terserah
mereka dengan Tuhan,” ujar bang Haji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar