Rabu, 01 April 2015

Kalau Mau Ngasih ya Ngasih aja


Suatu malam aku, bang Haji, Bang Joe dan beberapa teman lain ngobrol usai makan malam di salah satu warung kaki lima di jalan Gatot Subroto. Datang seorang bapak setengah baya, dengan pakain lusuh dan menyodorkan mangkuk plastik yang ia bawa kepada kami. Bang haji mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya dan memasukkan ke dalam mangkuk tersebut. Bapak tua itu kemudian pergi meninggalkan kami. Obrolan kami kemudian beralih membicarakan pendapatan seorang pengemis.

“Teman saya pernah bilang, gaji PNS itu cuma sekitar 10 persen dari pendapatan pengemis,” ujar bang Haji. “Bayangkan saja, satu orang pengemis cuma berdiri di perempatan jalan. Setiap lampu merah dia keliling ke kendaraan yang berhenti. Satu sisi jalan hitunglah lama lampu merah sekitar 2 menit. Dalam dua menit itu, jika perorang minimal memberi 1000 rupiah, dan ada 10 orang saja yang memberi, sudah 10000. Kalau dia muterin ke empat sisi jalan, dan hitunglah rata-rata 10.000 yang ia dapat tiap satu sisi jalan, berarti sudah 40.000 yang ia dapat dalam delapan menit. Dalam satu jam, enam puluh menit, kira-kira dia bisa dapat 750.000. Kalau dia ‘kerja’ dari jam delapan pagi sampai jam 5 sore, kurang lebih sekitar 9 jam. Bayangkan saja berapa pendapatan yang dia dapatkan,” jelas bang Haji.

 “Itu baru satu hari. Bayangkan sendiri lah berapa pendapatan mereka selama sebulan,” kata bang Joe menambahkan. “Wajar kalau dulu pernah ada seorang pengemis yang masuk tivi, dia cerita kalau dia punya rumah besar, truk, dan tiap anaknya ulang tahun mereka rayakan di restoran, minimal KFC,” sambungnya.

“Jadi, mereka lebih mampu dari kita, kenapa harus dikasih?” tanyaku.

“Ketika seseorang menyodorkan tangannya meminta bantuan, kewajiban kita sesama manusia adalah memberi pertolongan. Kalau kita pengen ngasih ya ngasih aja, nggak perlu kita berpikir macam-macam tentang apa yang akan mereka perbuat dengan uang yang kita beri, yang penting kita ikhlaskan niat untuk menolong. Apa yang akan dia lakukan dengan uang itu, ya terserah mereka dengan Tuhan,” ujar bang Haji. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman