Sabtu, 03 Januari 2015

Pohon Kehidupan


Pohon Yggdrasil (sumber)



Aku ingat adegan dalam episode terakhir serial Avatar Korra ketika Korra yang bertemu dengan Toph yang telah menua tinggal dalam pohon kehidupan, pohon yang sama dalam serial Avatar The Legend of Aang yang dihuni oleh suku rawa. Mereka menganggap pohon yang berukuran sangat besar itu sebagai penghubung terhadap segala makhluk yang ada di bumi. Dalam episode Avatar The Legend of Aang, Avatar Aang melakukan meditasi untuk mencari lokasi dimana teman-temannya ketika mereka terpisah. Ia merasakan aliran yang terhubung dari cabang (atau akar) pohon tersebut yang memberikan ‘pengelihatan’ dimana teman-temannya berada. Begitu juga Avatar Korra dalam serial lanjutan Avatar, The Legend of Korra. 

Suku Punan yang hidup nomaden di tengah hutan Borneo juga memiliki pohon kehidupan yang mereka sebut dengan kayu Abilau. Saat mereka kerasukan dan saat tidur atau bahkan dalam kondisi terjaga, para ‘pengelana mimpi’ bisa menaiki pohon Abilau dan berbincang dengan Aping (seperti sosok dewa pembimbing). Suku Punan percaya bahwa mereka memiliki dua diri; diri fisikal dan diri non-fisikal yang mereka sebut pengelana mimpi. Pengelana mimpi melakukan perjalanan ke berbagai tempat melalui alam bawah sadar mereka yang kemudian menjadi penuntun mereka untuk menemukan suatu tempat, makanan, pengetahuan tentang tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimakan maupun yang beracun, hewan-hewan buas, menentukan simbol tato yang akan mereka lukis dalam tubuhnya. 

Para pengelana mimpi bisa menemukan arah tidak hanya melaui hutan, melainkan juga di berbagai persimpangan jiwa antar suku Punan. Sebagian besar dari suku Punan menghabiskan hidup mereka untuk bekelana di antara akar-akar dunia, namun para pengelana mimpi suku Punan, begitu terjaga, bisa bergerak di antara cabang-cabang teratas teratas Pohon Kehidupan, yang menaungi segala makhluk hidup. Mimpi inilah yang mengetahui awal dan akhir kita dan yang mengikat segala waktu, suku, dan makhluk menjadi satu. 

Meskipun suku Punan memiliki banyak barang-barang dengan nilai seni tinggi dan sangat berharga, namun ingatan dalam diri merekalah yang paling berharga dari segala yang mereka miliki, bentuk takdirnya. Sebab pengelaman besar dalam kehidupan seorang Punan, entah itu mimpi dalam atau petualangan luar, diperingati dengan tato ritual. Sebagian besar pria menyandang tato di dada, leher, dan lengan mereka, sementara kaum wanita bertato di pergelangan lengan dan kaki. 

Harum kopi robusta menyeruap ketika kakakku meletakkan segelas kopi panas di atas meja. Setelah menyeruput kopi robusta tersebut, aku melanjutkan membaca bab terakhir buku Ring of Fire karangan Lawrance Blair dan Lorne Blair. Buku ini merupakan salah satu buku favoritku. Kisah petualangan mereka membuatku berharap suatu saat aku mempunyai kesempatan yang sama seperti mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman