Senin, 03 November 2014

RIP Popo

Pagi-pagi udah ada panggilan tak terjawab 7 kali dari Mamak. Aku menduga, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Popo. Saat kutelpon lagi, ternyata benar, Popo sudah meninggal tadi pagi. Sekitar jam 4 ketika mamakku bangun, Popo masih hidup, matanya masih terbuka. Mamak membuatkan makanannya, barangkali dia mau makan. Melihat Popo sangat lemes, ada cairan semacam air mata yang keluar dari mata Popo. Saat mamak mengucapkan Innalillahi, sesaat kemdian ia menutup mata.

Mamak yang paling ngerasa sedih, karena selama ini Popo adalah teman beliau. Popo memang seekor burung nuri merah, tapi dia berbeda dari kebanyakan. Jinak, bisa diajak komunikasi, suka diajak bermain, bahkan bisa membuat orangtuaku tertawa karena melihat tingkahnya. Selama ini Popo cukup berjasa membuat rumah kembali ramai walau hanya ditempati Bapak Mamak dan Popo. Hampir setiap pulang kerja dan tidak ada kegiatan, biasanya Bapak bermain dengannya. Mamak juga.
Dulu sempat ingin dikasih ke sepupu. Seminggu sebelum diambil, Popo sakit, tidakbisa jalan, hanya diam saja di dalam kandang. Makan pun sedikit. Kemudian bapak bilang, “Kalau sembuh nanti gak jadi dikasih ke orang.” Alhamdulillah, beberapa hari kemudian Popo kembali sehat dan lincah.

Aku membawa Popo dari Todoke, suatu desa terpencil di daerah Halmahera Barat. Aku membelinya dari seorang warga ketika usianya sekitar 4 bulan. Bulunya belum penuh. Dengan berbagai cara, akhirnya Popo bisa kubawa ke rumah. Dulu Popo hanya jinak ketika denganku. Bapak sama Mamak takut megang Popo karena digigit. Tapi ketika aku ke Jakarta mau gak mau Bapak sama Mamak yang mengurusi, padahal mereka biasanya tidak pernah ngurusi burung peliharaan, kecuali ayam. Semakin lama semakin dekat dan merasa Popo sudah menjadi bagian dari keluarga. Wajar jika ketika Popo meninggal tadi pagi, Mamak bilang, “Mamak masih gelo banget Popo mati. Padahal tiap hari Mamak kasih makan, diajak maen ngerti, diajak ngomong ya nyautin. Popo itu beda dari burung yang laen, Popo udah kayak bayi.”


Selamat jalan Popo, semoga kamu bahagia di sana. Mohon maaf karena tidak memberi hakmu untuk terbang bebas bersama kawananmu di hutan. 

usia 4 bulan

usia 6 bulan. Saat tiba di jogja. bulunya belum sepenuhnya tumbuh

usia 7 bulan. sudah tiba di rumah

setiap pulang ke rumah selalu main bareng popo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman