Kamis, 13 Juni 2013

Saat Ketika Receh Kembali "Berharga"


sumber 
Beberapa bulan ini, sejak april sepertinya, pengaturan keungan bener-bener kacau. Sedikit pemasukan, banyak pengeluaran. Mungkin awalnya dari pendakian Slamet Mei kemarin. Aku harus menyisihkan beberapa uang untuk persiapan pendakian sampai-sampai harus ngutang ke Dhimas dan “memakan” uang kos. Setelah itu, uang yang ada harus dicicil untuk bayar utang. Tiba-tiba Nisita juga menagih uang untuk kalung yang udah diambil ibunya pakai uang kantor. Hingga bulan berikutnya pengeluaran semakin tak terkira. Hutang masih banyak, uang kos selama tiga bulan belum terbayar. Biaya praujian skripsi juga turut menyita banyak nominal untuk foto kopi dan kebutuhan lainnya. Beberapa kali pengeluaran yang seharusnya tidak perlu terjadi harus terjadi, seperti karaoke (walaupun patungan, tapi intensitas terlalu sering), dan nonton bioskop.


Hari ini, saya terpaksa tahu gimbal dan es teh di bonbin harus saya catat dulu di buku hutang, mungkin lusa baru atau senin baru saya bayar. Sedari siang sampai malam saya harus puas dengan air putih. Tapi untung saja siang sampai sore tadi ngelesi, jadi ada sedikit alasan buat nggak makan, walaupun itu sama saja menambah rasa lapar menjadi beberapa kali lipat. Jam setengah sepuuh tadi akhirnya saya nyerah. Perut seakan memberontak untuk minta diisi. Akhirnya, terpaksa saya membongkar beberapa tempat persembunyian yang biasa “diselipi” uang ribuan. Receh Rp 100 dan Rp 200 sejumlah Rp 2000 saya ambil dari gelas penyimpanan. Di dompet ada Rp 1000, di kantong celana yang lagi di jemur ada Rp 1000, sisa uang foto kopi tadi siang ada Rp 2000. Yap, akhirnya terkumpul sejumlah Rp 6000. Ini cukup untuk makan nasi kucing dua, gorengan 1, cakar 3, dan teh anget. Alhamdulillah sekali hari ini. Mudah-mudahan bisa mengambil hikmahnya. Amin. *edisitasawuf. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman