Selasa, 26 Februari 2013

Yang Alami Lebih Punya Sensasi


Saya sebenernya bukan seorang pecinta kopi, tapi baru sebatas penikmat kopi. Sebagian besar kopi yang saya nikmati juga hanya kopi sachet yang banyak dijual di warung-warung Burjo atau kantin kampus. Kopi hitam dan yang terkenal dengan berbagai nama seperti kopi Sidikalang, Kopi Aceh, Kopi Lampung, dsb. jarang sekali saya nikmati. Hanya beberapa kali saja, tapi bukan berarti saya tidak menyukainya.
Saya suka kopi. Rasa pahitnya memiliki sensasi tersendiri yang susah untuk dijabarkan seperti apa. Awalnya saya mencampur kopi dengan sedikit gula. Itu karena dulu saya masih dalam tahap percobaan untuk menikmati kopi, belum kuat dengan sensasi pahitnya. Akan tetapi, gula yang saya berikan di kopi yang saya nikmati juga tidak terlalu banyak, hanya memberi sedikit keseimbangan pada rasa manis dan tidak menghilangkan sensasi pahit kopinya.

Malam ini saya memesan satu kopi Sidikalang di Warung Kopi Lidah Ibu. Pelayan menyajikan satu cangkir kopi Sidikalang dengan gula terpisah. Awalnya saya ingin memberi sedikit gula ke kopi saya. Tetapi saya tergoda untuk mencoba kopi hitam ini tanpa gula. Rasa pahit memberi sensasi yang berbeda ketika ia menyentuh lidah. Ada rasa unik, nikmat, sekaligus seperti sesuatu yang alami yang lebih nikmat jika dinikmati apa adanya. Dan, seketika itu juga saya menjadi ragu dan akhirnya tidak jadi menambahkan gula.
Memang, sesuatu yang alami itu terkadang lebih nikmat ketimbang sesuatu yang telah dimodifikasi. Ada banyak kesan murni, kesederhanaan, dan warna alami terkandung di dalamnya, dan hal tersebut tidak bisa digantikan atau ditemui oleh berbagai bentuk modifikasinya.

Modifikasi melahirkan banyak variasi bentuk dan rupa dari versi aslinya. Hasil modifikasi sering kali merubah bentuk aslinya, walaupuan tujuannya mencari bentuk sedekat mungkin dengan aslinya. Lambat laun, bentuk modifikasi tersebut akan semakin jauh dengan aslinya. Jadilah ia bentuk sendiri yang tidak lagi menyerupai sesuatu yang menjadi asalnya. Apa yang menjadi asalnya itu dianggap sebagai bentuk yang kuno, usang, kehilangan nilai estetis, sehingga dibutuhkan suatu usaha untuk mengeksplorasi bentuk dan rupa dengan penyesuaian terhadap zaman.

Semakin banyak modifikasi, ia akan mengalami kejenuhan dengan berbagai variasi dan kepalsuan yang mengatasnamakan pembaruan dan penyesuaian zaman. Dan akhirnya, sensasi alami akan menjadi tujuan. Semua orang akan kembali mengakui bahwa yang alami memang lebih nikmat dari modifikasi. Seperti kopi Sidikalang ini. Sruput sek ah… *sluurrrrppp…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman