Saya sebenernya bukan seorang pecinta kopi, tapi baru sebatas penikmat
kopi. Sebagian besar kopi yang saya nikmati juga hanya kopi sachet yang banyak
dijual di warung-warung Burjo atau kantin kampus. Kopi hitam dan yang terkenal
dengan berbagai nama seperti kopi Sidikalang, Kopi Aceh, Kopi Lampung, dsb.
jarang sekali saya nikmati. Hanya beberapa kali saja, tapi bukan berarti saya
tidak menyukainya.
Saya suka kopi. Rasa pahitnya memiliki sensasi tersendiri yang susah
untuk dijabarkan seperti apa. Awalnya saya mencampur kopi dengan sedikit gula. Itu
karena dulu saya masih dalam tahap percobaan untuk menikmati kopi, belum kuat
dengan sensasi pahitnya. Akan tetapi, gula yang saya berikan di kopi yang saya
nikmati juga tidak terlalu banyak, hanya memberi sedikit keseimbangan pada rasa
manis dan tidak menghilangkan sensasi pahit kopinya.
Malam ini saya memesan satu kopi Sidikalang di Warung Kopi Lidah Ibu. Pelayan
menyajikan satu cangkir kopi Sidikalang dengan gula terpisah. Awalnya saya
ingin memberi sedikit gula ke kopi saya. Tetapi saya tergoda untuk mencoba kopi
hitam ini tanpa gula. Rasa pahit memberi sensasi yang berbeda ketika ia
menyentuh lidah. Ada rasa unik, nikmat, sekaligus seperti sesuatu yang alami
yang lebih nikmat jika dinikmati apa adanya. Dan, seketika itu juga saya
menjadi ragu dan akhirnya tidak jadi menambahkan gula.
Memang, sesuatu yang alami itu terkadang lebih nikmat ketimbang sesuatu
yang telah dimodifikasi. Ada banyak kesan murni, kesederhanaan, dan warna alami
terkandung di dalamnya, dan hal tersebut tidak bisa digantikan atau ditemui
oleh berbagai bentuk modifikasinya.
Modifikasi melahirkan banyak variasi bentuk dan rupa dari versi aslinya.
Hasil modifikasi sering kali merubah bentuk aslinya, walaupuan tujuannya
mencari bentuk sedekat mungkin dengan aslinya. Lambat laun, bentuk modifikasi tersebut
akan semakin jauh dengan aslinya. Jadilah ia bentuk sendiri yang tidak lagi
menyerupai sesuatu yang menjadi asalnya. Apa yang menjadi asalnya itu dianggap
sebagai bentuk yang kuno, usang, kehilangan nilai estetis, sehingga dibutuhkan
suatu usaha untuk mengeksplorasi bentuk dan rupa dengan penyesuaian terhadap
zaman.
Semakin banyak modifikasi, ia akan mengalami kejenuhan dengan berbagai
variasi dan kepalsuan yang mengatasnamakan pembaruan dan penyesuaian zaman. Dan
akhirnya, sensasi alami akan menjadi tujuan. Semua orang akan kembali mengakui
bahwa yang alami memang lebih nikmat dari modifikasi. Seperti kopi Sidikalang
ini. Sruput sek ah… *sluurrrrppp…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar