Jumat, 01 Maret 2013

Aku Ingin Berjalan Sejauh Kakiku Melangkah



Aku rela nggak pacaran atau menunda menikah asal aku bisa jalan-jalan sejauh kakiku bisa melangkah, seluas mata bisa memandang, sedalam laut yang bisa kuselami, setinggi gunung yang bisa kudaki, dan sebanyak mungkin warna, rasa, dan senyuman yang bisa kutemui. 
-Ardian Justo-


Mungkin ini semacam nadzar atau cita-cita terpendamku sejak lama. Sejak dulu keinginan menjelajah selalu muncul dalam diri dan menuntut untuk direalisasikan. Tetapi, mungkin karena aku belum termasuk seorang yang berani keluar dari zona aman, keinginan itu belum sempat tercapai seperti yang aku inginkan. Hanya beberapa tempat saja yang pernah aku sambangi dalam beberapa tahun ini selain Jogja, mulai dari Sabang, Karimunjawa, Kemujan, Makassar, pulau Kapoposang, Taman Nasional Baluran Situbondo, Malang, Bromo, dan beberapa tempat lainnya. 

Tetapi, itu semua masih sangat kurang. Ada jutaan tempat di Indonesia yang ingin aku kunjungi. Jika pun tidak semuanya mampu aku kunjungi, beberapa di antaranya saja tak apa lah. Sebenarnya yang ingin aku lakukan hanya melakukan sebuah perjalanan jauh. Melepaskan diri dari segala kepenatan rutinitas yang monoton, menguras tenaga dan pikiran, melupakan segala hal tentang cinta kepada pasangan, dsb. Aku hanya ingin mendekatkan diri kepada alam. Merasakan sentuhan lembut angin yang berhembus, menyaksikan setiap helai daun yang jatuh dari tangkainya, menenggelamkan dan bermain dengan ratusan ikan berwarna-warni di lautan, menggapai awan di puncak tertinggi yang ada di dunia. Aku ingin melakukan itu untuk hidupku. Aku rela tidak pacaran atau menunda menikah asal aku bisa jalan-jalan sejauh kakiku bisa melangkah, seluas mata bisa memandang, sedalam laut yang bisa kuselami, setinggi gunung yang bisa kudaki, dan sebanyak mungkin warna, rasa, dan senyuman yang bisa kutemui. 

Awalnya rencana untuk jalan-jalan jauh ala backpacker, biking, atau touring dengan sepeda motor akan aku lakukan selam bulan maret-april 2013 ini. Setelah masalah perkuliahan selesai diurus, aku berniat melakukan perjalanan ke Bali, ke desa Karanganyar mengunjungi Puri Cakranegara tempat teks Calon Arang ditulis. Aku ingin menyaksikan bagaiman puri tempat ditulisnya teks yang menjadi objek penelitianku. Kemudian menuju suatu tempat yang menampilkan sendratari Grubug Calong Arang atau Rangda. Bisa dikatakan ini seperti perjalanan rekonstruksi sejarah dari objek penelitian yang kulakukan untuk skripsiku. 

Rencana itu sepertinya harus ditunda dulu. Urusan perkuliahan ternyata belum bisa selesai bulan Februari kemarin. Biar pun begitu, rencana tetap harus berjalan. Malah harapan terbesarku bisa tetap melakukan perjalanan ke seluruh Indonesia sesuka hatiku sekaligus bisa hidup karenanya. Yap, itu cita-cita terbesarku. Solusinya mungkin aku bisa mendaftar menjadi salah satu jurnalis majalah Traveling, atau seperti penulis-penulis buku top yang menuliskan perjalanannya menjadi sebuah buku, kemudian diterbitkan, dan dia melanjutkan perjalanannya dari hasil royalti penjulan buku tersebut. Yak, mungkin saja itu bisa aku coba lakukan. 

Aku tertarik dengan dunia kebebasan. Kebebasan dalam tataran dan menurut aturanku sendiri. Aku ingin bebas melakukan apapun yang ingin aku lakukan. Bebas melakukan banyak hal, pergi ke berbagai tempat, bekerja tanpa tekanan, mendapatkan penghasilan seperti yang aku ingin, mensyukuri dari apa yang telah aku lakukan dan yang telah aku dapatkan. Kata orang, perjalanan akan membuat kita semakin bersyukur atas diri kita. 

Perjalanan memang memberikan banyak pelajaran dan pengalaman. Pengalaman itu, kata orang bijak, adalah guru terbaik. Dia adalah guru kehidupan dan guru kebijaksanaan. Segala hal yang kita temui dalam perjalanan akan membuka satu pintu dari sekian banyak pintu yang terbentang secara tak kasat mata di hadapan kita. Semakin jauh kita berjalan, semakin banyak yang dilihat maka akan semakin banyak pula pintu yang akan terbuka. Kesemua pintu-pintu itu merupakan mozaik-mozaik yang akan mengarah kepada satu pintu utama, yaitu kebijaksanaan. Seperti yang aku katakan tadi, pengalaman adalah guru kebijaksanaan terbaik.

Itu salah satu alasan kenapa aku menyukai perjalanan. Tetapi, lebih dari itu. Aku merasa ini udah panggilan dari hati, feel alami, naluri yang seperti melambai-lambaikan tangan agar aku segera melakukan perjalanan itu. Yap, aku akan segera menyusulnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman