Pohon Yggdrasil (sumber) |
Aku ingat adegan dalam episode terakhir serial Avatar Korra
ketika Korra yang bertemu dengan Toph yang telah menua tinggal dalam pohon
kehidupan, pohon yang sama dalam serial Avatar The Legend of Aang yang dihuni
oleh suku rawa. Mereka menganggap pohon yang berukuran sangat besar itu sebagai
penghubung terhadap segala makhluk yang ada di bumi. Dalam episode Avatar The
Legend of Aang, Avatar Aang melakukan meditasi untuk mencari lokasi dimana
teman-temannya ketika mereka terpisah. Ia merasakan aliran yang terhubung dari
cabang (atau akar) pohon tersebut yang memberikan ‘pengelihatan’ dimana
teman-temannya berada. Begitu juga Avatar Korra dalam serial lanjutan Avatar,
The Legend of Korra.
Suku Punan yang hidup nomaden di tengah hutan Borneo juga
memiliki pohon kehidupan yang mereka sebut dengan kayu Abilau. Saat mereka
kerasukan dan saat tidur atau bahkan dalam kondisi terjaga, para ‘pengelana
mimpi’ bisa menaiki pohon Abilau dan berbincang dengan Aping (seperti sosok
dewa pembimbing). Suku Punan percaya bahwa mereka memiliki dua diri; diri
fisikal dan diri non-fisikal yang mereka sebut pengelana mimpi. Pengelana mimpi
melakukan perjalanan ke berbagai tempat melalui alam bawah sadar mereka yang
kemudian menjadi penuntun mereka untuk menemukan suatu tempat, makanan,
pengetahuan tentang tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimakan maupun yang beracun,
hewan-hewan buas, menentukan simbol tato yang akan mereka lukis dalam tubuhnya.
Para pengelana mimpi bisa menemukan arah tidak hanya melaui
hutan, melainkan juga di berbagai persimpangan jiwa antar suku Punan. Sebagian
besar dari suku Punan menghabiskan hidup mereka untuk bekelana di antara
akar-akar dunia, namun para pengelana mimpi suku Punan, begitu terjaga, bisa
bergerak di antara cabang-cabang teratas teratas Pohon Kehidupan, yang menaungi
segala makhluk hidup. Mimpi inilah yang mengetahui awal dan akhir kita dan yang
mengikat segala waktu, suku, dan makhluk menjadi satu.
Meskipun suku Punan memiliki banyak barang-barang dengan
nilai seni tinggi dan sangat berharga, namun ingatan dalam diri merekalah yang
paling berharga dari segala yang mereka miliki, bentuk takdirnya. Sebab
pengelaman besar dalam kehidupan seorang Punan, entah itu mimpi dalam atau
petualangan luar, diperingati dengan tato ritual. Sebagian besar pria menyandang
tato di dada, leher, dan lengan mereka, sementara kaum wanita bertato di
pergelangan lengan dan kaki.
Harum kopi robusta menyeruap ketika kakakku meletakkan
segelas kopi panas di atas meja. Setelah menyeruput kopi robusta tersebut, aku
melanjutkan membaca bab terakhir buku Ring
of Fire karangan Lawrance Blair dan Lorne Blair. Buku ini merupakan salah
satu buku favoritku. Kisah petualangan mereka membuatku berharap suatu saat aku
mempunyai kesempatan yang sama seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar