sumber |
Apakah cukup
segala rumus yang ada dalam matematika digunakan untuk menjawab satu atau
banyak permasalahan dalam hal antropologi? Apa teori-teori sastra cukup memadai
untuk menjawab permasalahan dalam bidang sains? Mengapa ada sains, humaniora,
agronomi, kesehatan, dsb., dalam kajian ilmu, kenapa tidak diciptakan satu
bidang keilmuan saja untuk menjawab segala permasalahan di dunia?
Begitulah,
setiap ilmu memang terklasifikasi pada bidangnya masing-masing. Semuanya
digunakan untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
di dunia. Dunia mempunyai banyak klasifikasi bidang ilmu, begitu juga dengan
akhirat. Antara dunia akhirat, tidak bisa disamakan. Pembicaraan mengenai
akhirat (atau segala hal gaib) juga harus menggunakan sudut pandang ilmu yang
sesuai. Maka, sebagai seorang yang berilmu seharusnya paham bahwa segala
permasalahan harus diselesaikan berdasarkan latar ilmu yang sesuai pada
bidangnya. Jika kita percaya bahwa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal plural,
seharusnya kita juga percaya bahwa pluralitas juga memiliki perbedaan yang
tidak pernah bisa disatukan. Air dan minyak bisa bersama dalam satu wadah,
tetapi keduanya tidak pernah bisa menyatu. Jika kita percaya toleransi, tidak
adil jika kita hanya mentolerir sesuatu yang menurut kita layak untuk ditolerir
saja. Mengutip kata-kata Pramoedya Ananta Toer, bukankah seorang terpelajar
harus bisa adil sejak dalam pikiran?
Menyelesaikan
permasalahan dengan menggunakan pandangan ilmu yang tidak sesuai hanya akan
memaksa logika untuk mencari titik temu yang (mungkin) tidak akan pernah
ditemukan; seperti mencari ikan di udara. Akhirnya hanya akan terjadi debat
kusir yang tidak berujung dan tidak mendapat jawaban apa-apa karena
masing-masing merasa paling benar. Mungkin kesepahaman akan terjadi ketika
setiap orang dengan latar belakang bidangnya memahami kelebihan dan
keterbatasan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar