Pagi-pagi udah ada panggilan tak terjawab 7 kali dari Mamak.
Aku menduga, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Popo. Saat kutelpon lagi,
ternyata benar, Popo sudah meninggal tadi pagi. Sekitar jam 4 ketika mamakku
bangun, Popo masih hidup, matanya masih terbuka. Mamak membuatkan makanannya,
barangkali dia mau makan. Melihat Popo sangat lemes, ada cairan semacam air
mata yang keluar dari mata Popo. Saat mamak mengucapkan Innalillahi, sesaat
kemdian ia menutup mata.
Mamak yang paling ngerasa sedih, karena selama ini Popo
adalah teman beliau. Popo memang seekor burung nuri merah, tapi dia berbeda
dari kebanyakan. Jinak, bisa diajak komunikasi, suka diajak bermain, bahkan
bisa membuat orangtuaku tertawa karena melihat tingkahnya. Selama ini Popo
cukup berjasa membuat rumah kembali ramai walau hanya ditempati Bapak Mamak dan
Popo. Hampir setiap pulang kerja dan tidak ada kegiatan, biasanya Bapak bermain
dengannya. Mamak juga.
Dulu sempat ingin dikasih ke sepupu. Seminggu sebelum
diambil, Popo sakit, tidakbisa jalan, hanya diam saja di dalam kandang. Makan
pun sedikit. Kemudian bapak bilang, “Kalau sembuh nanti gak jadi dikasih ke
orang.” Alhamdulillah, beberapa hari kemudian Popo kembali sehat dan lincah.
Aku membawa Popo dari Todoke, suatu desa terpencil di daerah
Halmahera Barat. Aku membelinya dari seorang warga ketika usianya sekitar 4
bulan. Bulunya belum penuh. Dengan berbagai cara, akhirnya Popo bisa kubawa ke
rumah. Dulu Popo hanya jinak ketika denganku. Bapak sama Mamak takut megang
Popo karena digigit. Tapi ketika aku ke Jakarta mau gak mau Bapak sama Mamak
yang mengurusi, padahal mereka biasanya tidak pernah ngurusi burung peliharaan,
kecuali ayam. Semakin lama semakin dekat dan merasa Popo sudah menjadi bagian
dari keluarga. Wajar jika ketika Popo meninggal tadi pagi, Mamak bilang, “Mamak
masih gelo banget Popo mati. Padahal tiap hari Mamak kasih makan, diajak maen
ngerti, diajak ngomong ya nyautin. Popo itu beda dari burung yang laen, Popo
udah kayak bayi.”
Selamat jalan Popo, semoga kamu bahagia di sana. Mohon maaf
karena tidak memberi hakmu untuk terbang bebas bersama kawananmu di hutan.
usia 4 bulan |
usia 6 bulan. Saat tiba di jogja. bulunya belum sepenuhnya tumbuh |
usia 7 bulan. sudah tiba di rumah |
setiap pulang ke rumah selalu main bareng popo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar