Emang kenapa kalau
cewek? Jangan beda-bedain cewek sama cowok dong!
Kadang makhluk
yang dijuluki cewek atau wanita atau perempuan ini memang istimewah, tetapi
kadang juga aneh. Terkadang mereka suka ngeyel jika diingatkan, tetapi di sisi
lain ingin dimengerti keinginannya. Mereka juga tidak suka dibeda-bedakan,
apalagi sesuatu yang sifatnya gender, tetapi di sisi lain mereka sering membuat
perbedaan itu sendiri.
Misalnya
seperti ini. Kemarin teman-temanku berencana meneliti ke suatu gunung. Tidak
terlalu tinggi, sekitar 1000an mdpl, tetapi agak sulit karena jarang dilalui
manusia. Tidak banyak pendaki yang mendaki ke sana karena memang di sini tidak
banyak mahasiswa pendaki gunung. Di dalam tim tersebut ada satu cewek, masih
muda, bersemangat. Mengingat medannya yang cukup sulit, teman-teman yang lain
mengingatkan bahwa sebaiknya dia tidak usah ikut saja, karena dia cewek
takutnya terjadi apa-apa. Namun, si cewek ini tidak terima jika dia tidak
diajak, apalagi dengan menyangkut pautkan masalah gender. “Emang kenapa kalau
aku cewek? Pokoknya aku harus ikut, karena aku bagian dari tim ini. Jangan
meremehkan walaupun aku cewek ya!” kurang lebih seperti itulah omelan si cewek.
Singkat
cerita mereka berangkat selama seminggu di gunung tersebut. Tadi aku ketemu
dengan si cewek, dia cerita tentang perjalanan seminggu kemarin di gunung tersebut.
Dia bilang medannya cukup berat, terlalu terjal, capek, dan sebagainya. Kakinya
juga lecet karena sepatu yang dia gunakan rusak, padahal sepatunya baru beli
sebelum berangkat penelitian. Dia juga mengeluhkan bawaannya yang berat dan
posisi dia sebagai cewek sendiri di dalam tim tersebut, sedangkan 10 orang
lainnya cowok yang udah biasa menjelajah hutan. Dia agak kesulitan dan sering
kelelahan.
Kemudian
aku nyeletuk, “Kan udah diingatkan kalau medannya memang berat. Disuruh tinggal
aja nggak mau, kecapekan sendiri kan akhirnya,” kataku.
“Ya
wajarlah cewek, jangan samakan sama mereka dong,” ujarnya.
Duh, ini
orang. Kemarin katanya nggak mau dibeda-bedain, sekarang ngomong jangan
disamain. Lempar aja nih orang ke jurang.
Di luar
sana juga banyak cewek yang seperti itu. Banyak yang ngomong emansipasi,
penyetaraan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, tetapi di sisi
lain masih saja membeda-bedakan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Sudah
dimengerti, masih saja kurang terima. Malah aku sering menyimpulkan kalau
sebenarnya perempuan sendiri yang belum ngerti tentang dirinya sendiri. Mereka
belum tau apa yang memang menjadi hak dan kewajibannya, dan apa yang bukan. Jika
diberika suatu kewajiban yang mudah, mereka merasa direndahkan dan dianggap tidak
mampu, kemudian meminta kewajiban yang lebih besar. Setelah diberi, mereka
mengeluh karena kewajiban tersebut terlalu berat untuk dipikul seorang wanita.
Atau jika tidak, mereka menuntut agar dimengerti posisinya sebagai wanita
dengan kewajiban besar yang harus ditanggungnya.
sumber: google.com |
Ada juga
wanita yang tidak ingin dibedakan dalam hal pekerjaan, apa yang dapat dilakukan
laki-laki, mereka juga bisa melakukannya. Ketika diberi pekerjaan itu, mereka
merasa kesusahan. Kemudian ada laki-laki yang melihatnya dan membiarkannya
saja, mereka akan berakata kalau laki-laki itu tidak peka.
Serba salah memang.
Katanya,
wanita adalah makhluk yang ingin dimengerti. Namun, mereka sendiri tidak tahu
mereka mau dingertiin dalam hal apa. Mereka menganggap semua orang bisa tahu
apa yang mereka inginkan tanpa harus mengatakan suatu kata pun. Apa mereka
pikir manusia selain mereka ini adalah cenayang yang bisa baca pikiran?
Duh, kok
kayaknya aku emosi sekali ya nulis ini. Hahahaha.
Enggak kok,
biasa aja. Intinya seperti ini. Setiap makhluk sudah diberi porsinya
masing-masing dalam hak dan kewajiban. Ya sudah, kerjakan saja apa yang memang
menjadi hak dan kewajiban kita. Tidak perlu menuntut hak dan kewajiban orang
lain untuk ditimpakan kepada kita. Itu semua sudah diatur berdasarkan kemampuan
setiap individu masing. Jika kita memaksa meminta sesuatu yang bukan hak dan
kewajiban kita, kemudian ketika sudah diberi jangan mengeluh dengan berbagai
macam alasan, apalagi menyalahkan orang lain tidak mengerti, tidak peka, dan
sebagainya. Jika kita meminta hak dan kewajiban yang asalnya bukan menjadi hak
dan kewajiban kita, dan ketika itu diberi bukan berarti hak dan kewajiban dasar
kita menjadi berkurang. Ow, tentu tidak. Malah hak dan kewajiban yang harus
kita kerjakan menjadi bertambah.
Aku sering
melihat seseorang mengeluh dengan kewajibannya yang belum selesai, karena
kewajibannya yang terlalu banyak. Ketika diceritakan, ternyata dia memasukkan
semua kewajiban yang sebenarnya bukan kewajibannya sehingga apa yang menjadi
kewajiban dasarnya tidak selesai.
Setiap
orang pada dasarnya kuat, mampu melaksanakan berapapun kewajiban yang
diembankan kepadanya. Siapapun itu, laki-laki ataupun perempuan. Tetapi ya
jangan mengeluh.
Iya Jo iya, ak paham maksudnya. Kupikir dua perempuan fickle di dunia ini cuma 2 yaitu aku dan penyanyi Adele. Ternyata ada yg lain.
BalasHapusada banyak mpok.. dan hampir semua perempuan kaya gitu kayaknya... kayaknya lho yaa.. hahaha
Hapus