Tidak ada yang sia-sia dari apa yang telah diciptakan Allah. Semua ciptaan-Nya memiliki fungsi yang bertujuan untuk melengkapi satu sama lain. Jangan pernah merendahkan sesuatu itu dan menganggapnya tidak penting. Hargai dan yakinlah bahwa ia (mereka) ada di dunia ini untuk suatu tujuan; mungkin kita yang tidak tau apa tujuan tersebut.
Aku memahami hal itu dari peristiwa yang aku
alami beberapa hari ini. Ada semacam bisul di pergelangan jari kelingkingku.
Sudah lebih dari seminggu jari kelingkingku bengkak, dan terus membengkak.
Awalnya aku kira semacam trauma tulang atau persendian karena mulainya ada
bekas kapalan dan berair. Aku biarkan saja dengan harapan ia akan sembuh
sendirinya dalam beberapa hari. Setelah seminggu, tanganku semakin membengkak
dan menampakkan warna kuning seperti ada nanah di bagian dalam kulit. Aku
mencoba menusuknya dengan jarum, tetapi tidak kena, hanya darah yang keluar.
Aku menceritakan apa yang terjadi dengan
tanganku itu kepada orangtuaku, kukatakan pada mereka bahwa tanganku bengkak
tiba-tiba tanpa sebab. Mereka menyarankan beberapa ramuan untuk menyembuhkan,
mulai dari merendamnya dengan air hangat, hingga mengolesnya dengan air ludah
ketika bangun tidur. Kemudian kukatakan pada mereka bahwa mungkin ada bisul di
tanganku. Mereka memberi saran agar mencari kemiri, kemudian dibakar dan
digosokkan hingga keluar airnya. Air tersebut dibubuhkan ke atas permukaan
kulit yang terlihat bernanah. Ketika hal itu ingin kulakukan, aku tidak
mendapatkan kemiri di sini. Setelah mencari ke warung-warung, ternyata warga
sini tidak menggunakan kemiri sebagai bahan masakan.
Aku tidak mendapatkan bahan yang aku perlukan,
sementara tanganku semakin membengkak dan mulai terasa berdenyut linu. Untuk
sementara aku meminum asam mefenamat untuk meringankan rasa sakit. Namun, hanya
bertahan beberapa bebarapa jam saja. Tanganku terasa sangat berdenyut, hingga
terceletuk ingin memotong tangan ini karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
Aku yakin dalam dua hari nanah tersebut akan keluar dengan sendirinya. Tetapi
aku tidak bisa terus-terusan menahan ndenyut
yang membuatku tidak bisa tidur.
Proses operasi |
Malam hari aku ke tempat mantri tersebut,
kemudian ‘dioprasi’. Agak menyeramkan sebenarnya proses oprasi tersebut. Mantri
itu tidak mempunyai pisau bedah, hanya menggunakan gunting bedah. Setelah
dibius di dua titik, tanganku dibedah dan dikeluarkan nanah yang menjadi sumber
infeksinya. Awalnya hanya keluar darah hitam kental. Kemudian dia mengorek
dengan menggunakan penjepit yang diberi kasa. Setelah dirasa cukup, ia memencet
tanganku untuk mengeluarkan nanah yang tersembunyi di kulit dalam. Setelah
beberapa saat menahan sakit – sebenarnya gatal – nanah kental keluar cukup
banyak. di sela-sela proses tersebut, si mantri minta temanku untuk memotrit
nanah yang keluar itu difoto sebagai laporan ke atasan tim kami. Kebetulan dia
petugas kesehatan yang diminta untuk piket di tim kami. Duh!
Setelah dirasa cukup, proses ‘oprasi’ selesai
dan lukaku ditutup dengan perban. Aku legah sekarang. Rasa ndenyut tidak lagi terlalu terasa. Mungkin efek obat pereda rasa
sakit atau efek bius yang masih tersisa, yang jelas rasanya lebih nyaman dari
sebelumnya. Aku juga bisa tidur cukup tenang malam harinya.
Darah kental dan nanah yang keluar dari tangan. Maaf yak, agak menjijikan |
Selama tanganku bengkak, Bang Irwandi pernah
cerita tentang temannya yang jatuh dan mendapat luka dalam di bagian lututnya.
Temannya tidak langsung memberi penanganan medis terhadap lukanya. Setelah
beberapa lama, dari paha hingga kakinya membengkak. Ketika dilaporkan ke medis,
bekas luka dilututnya telah menginfeksi dan menyebar ke seluruh kakinya. Dokter
kemudian mengambil tindakan penanganan dengan menyedot nanah di kakinya. Cukup
banyak nanah yang harus tersedot karena infeksi telah menyebar cukup luas di
kakinya hingga akhirnya kaki mengecil. Tetapi lukanya belum juga sembuh. Untuk
mencegah penyebaran yang semakin meluas, dokter menyarankan untuk mengamputasi
kakinya tersebut. Mau tidak mau ia harus melakukannya.
Teman bang Irwandi itu adalah tentara,
kehilangan satu kaki membuatnya kehilangan kepercayaan diri hingga akhirnya ia
mengakhiri hidupnya sendiri.
Entah kenapa aku termakan cerita tersebut. Aku
membayangkan bagaimana jika jari kelingkingku ini diamputasi? Mungkin tidak
terlalu berpengaruh bagi hidupku, hanya jari kelingking, pikirku. Masih ada
empat jari lainnya yang bisa menggantikan peran jari kelingking. Namun,
akhirnya aku sadar bahwa peran jari kelingking sangat berarti buatku, ia tidak
bisa digantikan dengan apapun. Banyak kegiatan sehari-hari yang aku lakukan
membutuhkan jari kelingking ini. Ketika memegang sesuatu, jari keingking
berperan sebagai pengunci bagian pangkal agar benda yang dipegang tersebut
kokoh dan tidak goyang. Kadang ia juga berperan sebagai kendali ketika kita
memegang suatu benda yang membutuhkan genggaman yang fleksibel seperti ketika
menggosok gigi. Dan lain sebagainya.
Intinya, kita tidak bisa menganggap remeh
keberadaan suatu makhluk di dunia ini dan menganggap keberadaannya tidak
berguna sama sekali. Kita saja yang belum tau apa fungsinya. Nyamuk saja yang
sering kita anggap hama pengganggu dan penyebar penyakit pasti punya fungsi
lain yang bernilai positif. Banyak hal yang kita tidak tau dari dunia ini dan
makhluknya. Bersyukurlah dengan pemahaman yang kita dapat, bersyukurlah atas
apa yang kita miliki dalam kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar