dari atas ke bawah :Guna, Irin, Oliv, Nunu, Ika, Shalahudin,
Ardi, Tony, Panji, dan ..
(lupa nih namanya sapa)
|
Setelah
nggak jadi balik ke Jogja, aku sms Ogut tentang rencananya ke gunung Kelud.
Kemarin sewaktu renang dia ngajakin. Beruntung aku sms dia pagi-pagi jam enam.
Dia baru aja selesai prepare dan mau berangkat. Tanpa mandi, hanya cuci muka
dan sikat gigi, aku langsung ikut mereka. Sebenarnya ikutnya aku, bisa dibilang,
sedikit merepotkan dan mengacaukan rencana awal mereka. Motor yang sudah mereka
sewa untuk berangkat ke gunung Kelud sudah pas, 5 motor dan masing-masing
berboncengan. Tapi karena aku ikut, jadi jumlahnya ganjil. Alhasil harus
mencari penyewaan motor satu lagi. Beruntung ketika kami menunggu di depan
salah satu tempat penyewaan motor, di sana masih ada dua motor yang bisa kami
sewa. Aku menyewa satu.
Jalan berliku naik turun |
Sempat ada
miskom, salah seorang teman Ogut awalnya sudah menyewa dua motor di tempat
lain, membatalkan pesanannya karena mengira jumlah motor yang disewa sudah pas
dengan satu motor yang barusan aku sewa. Baru beberapa menit dibatalkan,
kemudian dia kembali lagi ke tempat itu untuk menyewa kembali tapi sudah tidak
bisa. Dua motornya sudah di sewa orang lain katanya. Saat itu sudah jam delapan
lebih. Padahal mereka janjian kumpul jam 6 dan berangkat sekitar satu jam
setelahnya. Guna dan Oliv berkeliling di sekitar desa Tulungrejo untuk mencari
satu motor lagi. Sementara kami menunggu mereka seraya sarapan di warung makan.
Kami selesai makan, mereka berdua kembali dengan membawa satu motor tambahan.
![]() |
Gunung Batu terlihat seperti kepala anjing laut |
Rintik
hujan grimis yang turun pagi itu dan langit yang menggantung awan mendung tebal
sempat membuat kami sedikit down. Mudah-mudahan
hujan tidak mengurangi kenikmatan perjalanan hari ini. Dan, semoga kami
terlindung dari segala musibah dan bisa kembali dengan sehat wal afiat. Amien.
Setelah
membagi pasangan, dan sedikit rencana perjalanan, kami berangkat. Ika
terpaksa harus mengendarai motor sendirian, karena Mr. Salah tidak bisa
mengendarai motor, katanya. Di tengah perjalanan hujan semakin deras. Kami
sempat berhenti untuk berteduh, tapi akhirnya tetap melanjutkan perjalanan.
Kurang dari setengah jam, hujan reda.
Gunung
Kelud merupakan gunung berapi yang terletak di Jawa Timur, tepatnya di perbatasan
kabupaten Kediri, Blitar, dan kabupaten Malang, kira-kira 27 km sebelah timur
kota Kediri. Gunung berapi bertipe stratovulkano dengan ciri letusan eksplosif
ini berada di ketinggian 1.731 Mdpl, dan menjadi gunung berapi aktif yang
tercatat memiliki rentang letusan 9-25 tahun.
Kekhasan
dari tempat ini adalah adanya danau kawah yang membuat lahar letusan sangat
cair dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang
memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan
air. Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa
lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh
terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah yang
tertinggi, berposisi agak ke timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah
Puncak Gajah Mungkur di sisi barat dan puncak Sumbing di sisi selatan.
![]() |
Batu peresmian oleh Bupati Kediri |
Kurang
lebih satu setengah jam perjalanan dengan sepeda motor dari Pare, kami sampai
di pintu masuk objek wisata Gunung Kelud. Ada kejadian unik di sini. Selesai
membayar biaya retribusi masuk, Mr. Salah turun dari motor. Entah untuk apa
alasannya, aku tidak tahu. Kebetulan aku sudah lebih dulu jalan di depan.
Kemudian Toni, teman yang membonceng Mr. Salah, tiba-tiba langsung pergi
meninggalkan Mr. Salah di pos retribusi. Untuk Guna masih ada di belakang
sehingga Toni masih bisa dipanggil sebelum jauh. Toni bilang karena jalan
tanjakan dia tidak tahu kalau Mr. Salah belum naik.
Setelah pos
retribusi, jalanan terus menanjak. Motor yang kami sewa ternyata tidak kuat
menanjak. Sangat merepotkan sekali. Dengan susah payah dan harus berganti motor
dan pasangan, akhirnya kami tiba di puncak gunung Kelud. Ini yang kami sebut
keberuntungan. Sekitar 20 menit setelah kami tiba dan memesan makanan di
warung-warung makan yang banyak tersebar di sekitar parkiran, hujan turun
dengan cukup deras. Sambil menunggu hujan reda, kami memesan beberapa makanan
dan minuman hangat.
Sudah
hampir dua jam hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda. Kami memutuskan
untuk membelah hujan dan menikmati semua pemandangan alam yang ada di tempat
ini. Mantol hujan lima ribuan yang kami beli di lokasi menjadi andalan kami
untuk mengunjungi beberapa tempat favorit di sini. Kebetulan aku membawa mantol
sendiri dari Jogja, jadi tidak perlu membeli lagi. Setelah shalat dzuhur,
tujuan kami adalah puncak dan sumur belerang.
![]() |
anak tangga menuju ke puncak gardu pandang |
![]() |
pintu masuk trowongan |
Jalan
menuju ke puncak melewati sebuah terowongan sepanjang kurang lebih 50 meter.
Terowongan ini cukup gelap. Hanya ada beberapa lampu neon kuning yang menerangi
di beberapa tempat. Keluar dari terowongan, terdapat jalinan anak tangga yang
tersusun rapi hingga ke puncak. Jika dilihat dari bawah, anak tangga tersebut
terlihat seperti tembok besar berwarna merah yang melilit gunung. Di
belakangnya, sebuah gunung batu seperti raksasa berdiri kokoh berselimut
mendung. Pemandangan yang tidak kalah menakjubkan terlihat ketika kami sampai
di 50 hingga 100 anak tangga
pertama. Lekukan besar seperti tembok raksasa yang
melindungi sebuah kubah lava yang mengepulkan asap vulkanik karena terguyur air
hujan. Di dinding-dinding tersebut, beberapa aliran air dari tebing-tebing di
sekitaran gunung yang jatuh terlihat seperti air terjun yang menghias dinding
yang penuh dengan warna hijau kebiruan.
![]() |
kubah Lava |
Tiba di
puncak pemandangan yang disajikan tidak kalah indahnya. Hamparan bukit dan
lembah berselimut kabut putih tipis membentang luas sejauh mata memandang.
pemandangan yang disajikan gunung Kelud di saat hujan tidak kalah indahnya
dengan saat hari cerah. Kabut tipis yang menutupi hamparan bukit hijau memberi
kesan misterius sekaligus kedamaian. Kepulan asap tipis yang muncul dari bukit
vulkanonya juga hanya bisa disaksikan ketika hujan. Begitu juga dengan
aliran-aliran air dari tebing-tebing di sekitar gunung. Ini pemandangan yang
sangat menakjubkan sekali.
Setelah
puas berfoto dan menikmati pemandangan di puncak, kami turun dan melanjutkan ke
tempat selanjutnya, sumur kawah belerang. Tapi sayang, pengunjung hanya bisa
menikmati sampai di tengah jalan saja. Jalan yang menuju ke sumur kawah ditutup
untuk umum. Hal itu dilakukan untuk melindungi pengunjung dari racun yang
sewaktu-waktu muncul dari sumur kawah. Dengan sedikit perasaan kecewa karena
tidak bisa langsung turun ke bawah, kami kembali ke atas dan bersiap untuk
pulang. Pakaian kami sudah basah semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar