Kalau memang harus dilepas ya dilepas saja, jangan ditahan. Dan, kalau memang harus dipegang dan dipertahankan ya dijaga baik-baik, jangan sampai lepas.
Kita sering
terbebani dengan sesuatu yang kita buat sendiri sebenarnya. Besar kecilnya
masalah juga kita yang membuatnya. Sebenarnya sesuatu yang kita permasalahkan
sebenarnya tidak bermasalah sama sekali. Sesuatu yang baik-baik saja kemudian
kita jadikan masalah. Seperti mempertahankan hal-hal yang seharusnya kita
lepaskan, atau sudah terlepas dari kita. Begitu juga sebaliknya, melepaskan apa
yang seharusnya kita pertahankan. Kalau memang harus dilepas atau memang sudah
lepas, ya sudah, lepaskan saja. Tidak usah ditahan-tahan atau diingat-ingat lagi.
biarkan berlalu. Ikhlaskan. Begitu juga sebaliknya. Kalau memang kita harus
mempertahankan sesuatu, ya pertahankanlah, dijaga jangan sampai lepas atau
berkeinginan untuk melepasnya. Kenapa harus dilepas jika memang tugas kita
untuk mempertahankannya.
Inilah yang
saya katakan bahwa beban itu kita sendiri yang membuatnya. Manusia memang
cenderung mengada-adakan hal yang seharusnya tidak ada, dan men-tidakada-kan
hal yang seharusnya ada. Ketika sesuatu itu ada, kita menganggapnya tidak ada. Dan,
ketika ia tidak ada, kita berharap ia ada.
Mungkin sedikit
membingungkan. Baiklah, aku kasih contoh sedikit.
google.com |
Temanku
pernah ditipu ketika ia beli barang di salah satu online shop. Jumlahnya lumayan
banyak, sekitar 3 juta. Satu hari ia uring-uringan. Mencari cara agar penipu
itu bisa mendapat hukuman dan uangnya bisa kembali. Dia meminta tolong kepada
teman-temannya yang mengerti dunia hacker agar meng-hack rekening si penipu dan
mengembalikan uangnya. Tetapi tidak bisa, karena keamanan bank sangat ketat, bisa
saja ia akan ketahuan. Jika itu terjadi ia bisa dipidanakan.
Beberapa hari
kemudian ia sudah terlihat tenang, tidak lagi memikirkan uangnya. Waktu aku
tanya kenapa dia bisa begitu tenang, ia jawab “Ya sudahlah, sudah hilang. Ikhlaskan
saja. toh aku juga sudah berusaha. Mungkin dari harta yang aku punya, agak
sedikit kotor, jadi harus dibersihkan. Caranya ya seperti ini, diambil secara
paksa.”
Kasus lain.
Sewaktu kakek masih hidup, aku pernah berlaku tidak mengenakkan kepada beliau. Hal
wajar jika orang tua kadang bersikap sedikit kekanak-kanakan, banyak permintaan
dan sedikit menyebalkan. Ketika aku pulang, aku sangat sebal dengan sikap kakek
sehingga kakek lebih sering aku diamkan saja. Biasanya aku yang sering menemani
kakek. Setiap aku pulang, terlihat sekali kakek sangat senang karena aku lah,
cucunya yang bisa membuatnya sering tertawa.
Tetapi, apa
yang kulakukan saat itu? Karena sikap nyebelinnya kakek, aku tidak lagi
membuatnya tertawa, bahkan sering mengacuhkannya. Aku menganggapnya tidak ada.
Tiga bulan
setelah aku kembali ke Jogja, bapak mengabari kalau kakek meninggal. Aku menangis
di kamar menyesali perbuatan bodohku waktu itu. Aku tidak menyangka kalau
pertemuanku waktu itu adalah saat terakhir aku bertemu dengan kakek. Ingin sekali
aku bertemu dengannya, bahkan pernah berharap ia hadir dalam mimpiku. Tetapi ia
tidak pernah datang.
Waktu pulang
ke rumah, aku langsung berziara ke makam kakek. Ketika di rumah, aku sering
tidur di ranjang tempat kakek tidur. Berharap kakek masih hidup dan aku bisa
membuatnya tertawa lagi. Ya, itu tidak mungkin. Aku belum bisa mengikhlaskan
kepergian kakek waktu itu. Lama kelamaan akhirnya aku mengikhlaskannya. Aku tau,
jika aku terus memikirkannya itu sama saja mempersulit langkahnya di sana. Ikhlas
dan terus mendoakan beliau adalah yang terbaik yang harus aku lakukan.
Mungkin kalian
pernah mengalami hal-hal seperti itu, atau mirip dengan itu; melepaskan apa
yang memang harus atau sudah lepas, dan menjaga dengan baik apa yang ada. Intinya,
menerima kenyataan. Apa susahnya menerima kenyataan? Jika ingin belajar ikhlas,
belajarlah menerima kenyataan yang ada. Jika kamu sudah mulai menerima
kenyataan yang ada, jangan lagi dicampuri dengan pikiran-pikiran yang membuatmu
bimbang lagi. Sudah, berjalanlah melalui jalan yang ada di depanmu. Terimalah
apa yang sudah diberikan dan yang kamu miliki. Sayangi apa yang kamu punya saat
ini. Tidak usah khawatir, jika memang harus hilang, ada saatnya ia akan pergi
dan hilang; atau mati. Tidak perlu memintanya agar lebih cepat atau lebih
lambat. Waktu tidak pernah menunggu dan ditunggu. Ia akan datang tepat waktu
pada waktu yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar