Minggu, 19 Januari 2014

Kalau Memang Harus Dilepas Ya Dilepas Saja

Kalau memang harus dilepas ya dilepas saja, jangan ditahan. Dan, kalau memang harus dipegang dan dipertahankan ya dijaga baik-baik, jangan sampai lepas.


Kita sering terbebani dengan sesuatu yang kita buat sendiri sebenarnya. Besar kecilnya masalah juga kita yang membuatnya. Sebenarnya sesuatu yang kita permasalahkan sebenarnya tidak bermasalah sama sekali. Sesuatu yang baik-baik saja kemudian kita jadikan masalah. Seperti mempertahankan hal-hal yang seharusnya kita lepaskan, atau sudah terlepas dari kita. Begitu juga sebaliknya, melepaskan apa yang seharusnya kita pertahankan. Kalau memang harus dilepas atau memang sudah lepas, ya sudah, lepaskan saja. Tidak usah ditahan-tahan atau diingat-ingat lagi. biarkan berlalu. Ikhlaskan. Begitu juga sebaliknya. Kalau memang kita harus mempertahankan sesuatu, ya pertahankanlah, dijaga jangan sampai lepas atau berkeinginan untuk melepasnya. Kenapa harus dilepas jika memang tugas kita untuk mempertahankannya.
Inilah yang saya katakan bahwa beban itu kita sendiri yang membuatnya. Manusia memang cenderung mengada-adakan hal yang seharusnya tidak ada, dan men-tidakada-kan hal yang seharusnya ada. Ketika sesuatu itu ada, kita menganggapnya tidak ada. Dan, ketika ia tidak ada, kita berharap ia ada.
Mungkin sedikit membingungkan. Baiklah, aku kasih contoh sedikit.

google.com
Temanku pernah ditipu ketika ia beli barang di salah satu online shop. Jumlahnya lumayan banyak, sekitar 3 juta. Satu hari ia uring-uringan. Mencari cara agar penipu itu bisa mendapat hukuman dan uangnya bisa kembali. Dia meminta tolong kepada teman-temannya yang mengerti dunia hacker agar meng-hack rekening si penipu dan mengembalikan uangnya. Tetapi tidak bisa, karena keamanan bank sangat ketat, bisa saja ia akan ketahuan. Jika itu terjadi ia bisa dipidanakan.


Beberapa hari kemudian ia sudah terlihat tenang, tidak lagi memikirkan uangnya. Waktu aku tanya kenapa dia bisa begitu tenang, ia jawab “Ya sudahlah, sudah hilang. Ikhlaskan saja. toh aku juga sudah berusaha. Mungkin dari harta yang aku punya, agak sedikit kotor, jadi harus dibersihkan. Caranya ya seperti ini, diambil secara paksa.”

Kasus lain. Sewaktu kakek masih hidup, aku pernah berlaku tidak mengenakkan kepada beliau. Hal wajar jika orang tua kadang bersikap sedikit kekanak-kanakan, banyak permintaan dan sedikit menyebalkan. Ketika aku pulang, aku sangat sebal dengan sikap kakek sehingga kakek lebih sering aku diamkan saja. Biasanya aku yang sering menemani kakek. Setiap aku pulang, terlihat sekali kakek sangat senang karena aku lah, cucunya yang bisa membuatnya sering tertawa.

Tetapi, apa yang kulakukan saat itu? Karena sikap nyebelinnya kakek, aku tidak lagi membuatnya tertawa, bahkan sering mengacuhkannya. Aku menganggapnya tidak ada.

Tiga bulan setelah aku kembali ke Jogja, bapak mengabari kalau kakek meninggal. Aku menangis di kamar menyesali perbuatan bodohku waktu itu. Aku tidak menyangka kalau pertemuanku waktu itu adalah saat terakhir aku bertemu dengan kakek. Ingin sekali aku bertemu dengannya, bahkan pernah berharap ia hadir dalam mimpiku. Tetapi ia tidak pernah datang.

Waktu pulang ke rumah, aku langsung berziara ke makam kakek. Ketika di rumah, aku sering tidur di ranjang tempat kakek tidur. Berharap kakek masih hidup dan aku bisa membuatnya tertawa lagi. Ya, itu tidak mungkin. Aku belum bisa mengikhlaskan kepergian kakek waktu itu. Lama kelamaan akhirnya aku mengikhlaskannya. Aku tau, jika aku terus memikirkannya itu sama saja mempersulit langkahnya di sana. Ikhlas dan terus mendoakan beliau adalah yang terbaik yang harus aku lakukan.

Mungkin kalian pernah mengalami hal-hal seperti itu, atau mirip dengan itu; melepaskan apa yang memang harus atau sudah lepas, dan menjaga dengan baik apa yang ada. Intinya, menerima kenyataan. Apa susahnya menerima kenyataan? Jika ingin belajar ikhlas, belajarlah menerima kenyataan yang ada. Jika kamu sudah mulai menerima kenyataan yang ada, jangan lagi dicampuri dengan pikiran-pikiran yang membuatmu bimbang lagi. Sudah, berjalanlah melalui jalan yang ada di depanmu. Terimalah apa yang sudah diberikan dan yang kamu miliki. Sayangi apa yang kamu punya saat ini. Tidak usah khawatir, jika memang harus hilang, ada saatnya ia akan pergi dan hilang; atau mati. Tidak perlu memintanya agar lebih cepat atau lebih lambat. Waktu tidak pernah menunggu dan ditunggu. Ia akan datang tepat waktu pada waktu yang tepat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman