Sabtu, 14 Desember 2013

Pare #1 : Mirip Cerita FTV




I feel comfort. Aku merasakan atmosfir Jogja di kampung ini. Banyak anak muda dengan semangat yang sama, kemauan yang kuat, keberanian, dan tujuan untuk menjadi lebih baik berkumpul di sini. Mereka berkumpul, membangun komunitas, belajar, berdiskusi, bahkan saling bercengkrama dengan bahasa Inggris yang seadanya tanpa merasa malu. Dan, tidak ada yang menertawakan.


Ini kesan pertamaku ketika tiba di Pare. Berangkat dari Jogja Minggu, 8 Desember 2013 malam dengan menggunakan kereta Malioboro Express. Tiba di stasiun Kediri pukul 02.00 dini hari. Terlalu pagi. Belum ada apa-apa. Toilet stasiun saja masih di tutup. Aku berencana berangkat ke Pare pukul 6 pagi. Ah, masih ada waktu empat jam untuk tidur pikirku. Awalnya aku berniat tidur di bangku peron, tapi sepertinya itu ide yang buruk. Sangat berisik sekali jika ada kereta yang sedang melintas atau singgah di stasiun ini. Akhirnya mushola yang berada di ujung timur stasiun menjadi pilihanku. Aku membayangkan kenyaman tidur empat jam di mushola pasti cukup nyaman daripada di bangku peron.

Ah, dugaanku salah. Belum ada satu jam aku tidur. Aku terbangun ketika beberapa orang masuk mushola bersamaan dengan suara kereta yang melaju meninggalkan stasiun. Mereka hanya sholat, kemudian duduk-duduk di teras mushola. Mungkin mereka seperti aku, tiba di stasiun terlalu pagi. Aku masih bisa tidur setelah itu. Tapi baru beberapa jam, aku kembali terbangun. Kali ini mushala lebih ramai. Sudah jam 4 pagi. Ini waktunya shalat subuh. Aku juga bangun, shalat berjamaah, kemudian mencoba tidur lagi. Namun, gagal. Hanya terlelap sesaat, dan beberapa kali terbangun.

Sudah semakin siang, stasiun sudah semakin ramai. Mungkin waktunya untuk pergi.

Ketika aku berjalan di peron, aku melihat seorang cewek di dekat tempat free charging. Ia melihatku, kemudian tersenyum. Aku menghampirinya. Kemudian terjadilah percakapan kecil dan singkat. Sebut saja namanya Shey, dari Jawa Barat. Tujuannya datang ke Kediri sama sepertiku, belajar bahasa Inggris di Pare. You know what, dia juga mendaftar di tempat yang sama dan dalam jangka waktu yang sama pula.

Sesaat kemudian dia dijemput guide dari Pare. Ia sempat mengajakku bareng ke Pare, tapi aku menolak. Aku bilang menunggu teman. Dia terlihat kecewa. Sebelum berangkat, kami bertukar nomor dan berjanji bertemu di sana. Ini seperti FTV men! Yah, kalian para penggemar FTV pasti bisa menebak jalan ceritanya. Mungkin saja setelah ini dia jadi pacarku. Hahahaha.

Jam 10, Dhimas tiba di stasiun Kediri. Kemudian kami berjalan keluar dari komplek stasiun menuju RS Bhayangkara (mungkin, aku lupa) untuk menunggu angkot ke Pare. Jaraknya sekitar 100 meter. Tapi kalau kamu tidak mau capek, bisa menggunakan becak dengan biaya sekitar 15.000. Biaya angkot dari kota Kediri ke Pare sekitar 15.000. Bisa juga menggunakan ojek dari stasiun ke Pare dengan biaya 50.000, atau taksi/ mobil carter seharga 150.000 untuk satu mobil.

Lama perjalanan dari Kota Kediri ke Pare sekitar 45 menit menggunakan angkot. Selisih sekitar 7 km jika berangkat dari stasiun Jombang. Kami langsung di antar menuju lembaga tempat kami mendaftar. Aku menunggu kabar dari Shey, tapi belum ada kabar darinya. Ada niat ingin bertanya ke bagian pendaftaran apakah ada cewek bernama Shey yang datang ke sini? Setelah aku pikir, lebih baik aku menunggu. Jika dia bilang mendaftar di lembaga yang sama denganku, cepat atau lambat pasti kami akan bertemu.

Setelah melapor ke datangan, saya di antar ke camp yang akan menjadi tempat tinggalku. Aku tinggal di camp Saigon atau Camp Male 3 GE.

Ada banyak cerita menarik dari camp ini. Mungkin lain kali akan aku ceritakan. Termasuk tentang Shey.

Oke, sampai di sini dulu ceritanya. Besok-besok disambung lagi….

1 komentar:

  1. Huaaaa, Pareee. Dadi kangen Pare T.T
    Biasanya nanti bakal ada yang cinta lokasi loh mas *tenanan kie, haha.

    Btw, tulisanmu susah dibaca mas yang di pinggir2 itu. background.e diganti wae :P

    BalasHapus

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman