Jumat, 01 November 2013

Pendakian Merbabu: Selebrasi



 Seperti matahari pagi ini, keberhasilan ini akan menjadi awal dari keberhasilan panjang yang memberi manfaat kepada semesta.
- Merbabu, 1 September 2013 –

Meski harus ditunda barang waktu satu minggu, akhirnya rencan untuk merayakan wisuda di puncak gunung terwujud. Rencana awal tanggal 23 Agustus 2013 aku mengajak beberapa teman mendaki gunung Sumbing, Jawa Tengah. Namun, batal karena kesibukan masing-masing. Akhirnya disepakati tanggal 31 Agust – 1 Sept kami akan melakukan pendakian ke Gunung Merbabu sebagai gantinya.

30 Agustus 2013 19.00 WIB, kampus Farmasi UGM

Disepakati jam tujuh malam kumpul di kampus Farmasi UGM. Tetapi, jam sembilan lebih malam kami baru berangkat karena menunggu mas Jay yang harus kembali ke daerah Giwangan mengambil kamera DSLRnya yang tertinggal di masjid. Untung saja sudah diamankan oleh takmir masjid, padahal kamera itu milik temannya. Apa jadinya kalau saja kamera itu hilang, rencana foto dengan toga batal dong.

Kami bertujuh dengan empat motor berangkat dari kampus Farmasi menuju ke basecamp Merbabu di Selo, Boyolali. Awal berangkat langit malam Jogja terlihat cerah. Hingga ketika kami baru sampai di Muntilan, hujan mulai turun. Kami berteduh sejenak, memakai mantol, kemudian melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan hingga tiba di Selo hujan masih belum reda. Tidak terlalu deras memang, tapi dengan kondisi suhu kaki gunung dan angin malam, cukup untuk membuat badan menahan gigil. Tiba di depan gang menuju basecamp, kabut putih tebal menyambut kami. Dingin semakin menusuk, kabut tebal menutup jalan setapak menanjak menuju ke basecamp. Dua ratus meter sebelum tiba di basecamp, jalan menanjak terjal membuat motor kami tidak sanggup untuk dinaiki dua orang. Terpaksa satu orang berjalan hingga tiba di basecamp.
Hampir pukul dua belas malam kami baru tiba di basecamp Merbabu Selo. Keadaan basecamp sepi. Sepertinya kami orang pertama yang tiba di sana sehingga terpaksa membangunkan penghuni rumah untuk membukakan pintu. Kemudian setelah kami, beberapa orang menyusul.

Ada kejadian unik di basecamp ini yang dialami Vava. Dia memang punya keistimewaan sejak lahir. Malam itu, ketika dia mau ke kamar mandi, di luar rumah ia melihat nenek-nenek dengan rambut panjang terjurai berdiri di sebelah rumah. Vava kaget sampai menangis ketika sosok nenek tersebut menatap ke arahnya. Spontan ia akhirnya masuk ke dalam rumah dan mengurungkan niat untuk ke kamar mandi.

31 Agustus 2013, 07.00 WIB, Basecamp Merbabu Selo, Boyolali.
Rencana awal, kami berangkat pukul delapan pagi setelah sarapan di basecamp. Tetapi karena penghuni rumah tidak ada, akhirnya kami hanya berbekal sarapan roti dan teh. Sekitar pukul delapan, kami memulai pendakian Merbabu.



31 Agustus 2013, 13.00 WIB, Watu Tatah.
Perjalanan berjalan lancar. Di pos 2 kami makan mie rebus dan roti. Kendala yang cukup berat ketika kami tiba di Watu tatah. Matahari semakin terik menyengat, kondisi medan yang gersang menanjak tajam, menguji fisik yang semakin lelah. Di trek ini kami lebih banyak istirahat sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi cukup lama.


Kira-kira pukul tiga sore kami sampai di Sabana I dan memutuskan untuk membuat camp di sana. Lokasi ngecamp kami cukup bagus, berhadapan langsung dengan Merapi yang menjulang gagah berbalut awan putih.

Kami mendapat cukup waktu untuk istirahat dan menikmati suasana sore seraya menikmati pemandangan Merapi yang menawan.







31 Agustus 2013, 19.00 WIB, Sabana I.
Ini namanya camping ceria. Untuk standar naik gunung, mungkin ini salah satu menu yang cukup lengkap dan mewah. Nasi goreng, orak-arik telur, hingga sushi.
Menjelang magrib, rintik hujan mulai turun. Tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk membuat udara semakin dingin. Ditambah angin yang bertiup cukup kencang yang sempat membuat tenda kami bergoyang diombang-ambing angin. Namun, itu tidak menjadi masalah. Beruntung lokasi kami cukup aman dari angin karena terhalang banyak pepohonan.
Karena hujan, malam itu kami habiskan di dalam tenda dengan bercerita tentang sesuatu yang tidak biasa hingga tengah malam. Kami membicarakan aura, elemen, dan sosok-sosok gaib yang ada di sekitar tenda kami.

1 September 2013, 04.00 WIB, Sabana I
Kami bersiap untuk Summit Attack. Tidak semuanya ikut, hanya berlima. Dua sisanya sudah pernah, jadi mereka memutuskan untuk tinggal ditenda. Perjalanan munuju puncak Merbabu tidak terlalu berat sampai di Sabana II. Setelah itu, medan menanjak terjal. Pukul enam, ketika sunrise mulai muncul di ufuk timur, kami masih berada dua ratus meter dari puncak. Kami istirahat sebentar untuk mengabadikan momen berharga tersebut.


Sebenarnya ini yang aku tunggu. Merayakan kelulusan sebagai sarjana di puncak gunung dengan latar matahari pagi yang menawan. Aku berharap keberhasilan ini menjadi awal dari keberhasilan panjang yang bermanfaat untuk semesta layaknya mentari pagi ini.







1 September 2013, 07.00 WIB, Puncak Triangulasi.
Yah, akhirnya kami sampai di puncak Triangulasi. Matahari belum terlalu tinggi, udara masih dingin ditambah angin yang bertiup cukup kencang. Dari puncak Triangulasi, kami berpindah ke puncak Kentheng Songo. Konon, kalau bisa ‘melihat’, ada sembilan kentheng atau batu dengan lubang di tengahnya, tetapi yang trlihat hanya ada lima (atau tujuh, saya lupa).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

77384

Cari Blog Ini

Teman-teman