Seperti matahari pagi ini, keberhasilan ini akan menjadi awal dari keberhasilan panjang yang memberi manfaat kepada semesta.
- Merbabu, 1 September 2013 –
Meski harus ditunda barang waktu satu minggu, akhirnya rencan untuk
merayakan wisuda di puncak gunung terwujud. Rencana awal tanggal 23 Agustus
2013 aku mengajak beberapa teman mendaki gunung Sumbing, Jawa Tengah. Namun,
batal karena kesibukan masing-masing. Akhirnya disepakati tanggal 31 Agust – 1
Sept kami akan melakukan pendakian ke Gunung Merbabu sebagai gantinya.
30 Agustus 2013 19.00 WIB, kampus Farmasi UGM
Disepakati jam tujuh malam kumpul di kampus Farmasi UGM. Tetapi, jam
sembilan lebih malam kami baru berangkat karena menunggu mas Jay yang harus
kembali ke daerah Giwangan mengambil kamera DSLRnya yang tertinggal di masjid.
Untung saja sudah diamankan oleh takmir masjid, padahal kamera itu milik
temannya. Apa jadinya kalau saja kamera itu hilang, rencana foto dengan toga
batal dong.
Kami bertujuh dengan empat motor berangkat dari kampus Farmasi menuju ke
basecamp Merbabu di Selo, Boyolali. Awal berangkat langit malam Jogja terlihat
cerah. Hingga ketika kami baru sampai di Muntilan, hujan mulai turun. Kami
berteduh sejenak, memakai mantol, kemudian melanjutkan perjalanan. Sepanjang
perjalanan hingga tiba di Selo hujan masih belum reda. Tidak terlalu deras
memang, tapi dengan kondisi suhu kaki gunung dan angin malam, cukup untuk
membuat badan menahan gigil. Tiba di depan gang menuju basecamp, kabut putih
tebal menyambut kami. Dingin semakin menusuk, kabut tebal menutup jalan setapak
menanjak menuju ke basecamp. Dua ratus meter sebelum tiba di basecamp, jalan
menanjak terjal membuat motor kami tidak sanggup untuk dinaiki dua orang.
Terpaksa satu orang berjalan hingga tiba di basecamp.
Hampir pukul dua belas malam kami baru tiba di basecamp Merbabu Selo.
Keadaan basecamp sepi. Sepertinya kami orang pertama yang tiba di sana sehingga
terpaksa membangunkan penghuni rumah untuk membukakan pintu. Kemudian setelah
kami, beberapa orang menyusul.
Ada kejadian unik di basecamp ini yang dialami Vava. Dia memang punya
keistimewaan sejak lahir. Malam itu, ketika dia mau ke kamar mandi, di luar
rumah ia melihat nenek-nenek dengan rambut panjang terjurai berdiri di sebelah
rumah. Vava kaget sampai menangis ketika sosok nenek tersebut menatap ke
arahnya. Spontan ia akhirnya masuk ke dalam rumah dan mengurungkan niat untuk
ke kamar mandi.
31 Agustus 2013, 07.00 WIB, Basecamp Merbabu Selo, Boyolali.
Rencana awal, kami berangkat pukul delapan pagi setelah sarapan di
basecamp. Tetapi karena penghuni rumah tidak ada, akhirnya kami hanya berbekal
sarapan roti dan teh. Sekitar pukul delapan, kami memulai pendakian Merbabu.
31 Agustus 2013, 13.00 WIB, Watu Tatah.
Perjalanan berjalan lancar. Di pos 2 kami makan mie rebus dan roti. Kendala
yang cukup berat ketika kami tiba di Watu tatah. Matahari semakin terik
menyengat, kondisi medan yang gersang menanjak tajam, menguji fisik yang
semakin lelah. Di trek ini kami lebih banyak istirahat sehingga waktu yang
dibutuhkan menjadi cukup lama.
Kira-kira pukul tiga sore kami sampai di Sabana I dan memutuskan untuk
membuat camp di sana. Lokasi ngecamp kami cukup bagus, berhadapan langsung
dengan Merapi yang menjulang gagah berbalut awan putih.
Kami mendapat cukup waktu untuk istirahat dan menikmati suasana sore
seraya menikmati pemandangan Merapi yang menawan.
31 Agustus 2013, 19.00 WIB, Sabana I.
Ini namanya camping ceria. Untuk standar naik gunung, mungkin ini salah
satu menu yang cukup lengkap dan mewah. Nasi goreng, orak-arik telur, hingga
sushi.
Menjelang magrib, rintik hujan mulai turun. Tidak terlalu deras, tetapi
cukup untuk membuat udara semakin dingin. Ditambah angin yang bertiup cukup
kencang yang sempat membuat tenda kami bergoyang diombang-ambing angin. Namun,
itu tidak menjadi masalah. Beruntung lokasi kami cukup aman dari angin karena
terhalang banyak pepohonan.
Karena hujan, malam itu kami habiskan di dalam tenda dengan bercerita
tentang sesuatu yang tidak biasa hingga tengah malam. Kami membicarakan aura,
elemen, dan sosok-sosok gaib yang ada di sekitar tenda kami.
Kami bersiap untuk Summit Attack.
Tidak semuanya ikut, hanya berlima. Dua sisanya sudah pernah, jadi mereka
memutuskan untuk tinggal ditenda. Perjalanan munuju puncak Merbabu tidak
terlalu berat sampai di Sabana II. Setelah itu, medan menanjak terjal. Pukul
enam, ketika sunrise mulai muncul di ufuk timur, kami masih berada dua ratus
meter dari puncak. Kami istirahat sebentar untuk mengabadikan momen berharga
tersebut.
1 September 2013, 07.00 WIB, Puncak Triangulasi.
Yah, akhirnya kami sampai di puncak Triangulasi. Matahari belum terlalu
tinggi, udara masih dingin ditambah angin yang bertiup cukup kencang. Dari
puncak Triangulasi, kami berpindah ke puncak Kentheng Songo. Konon, kalau bisa
‘melihat’, ada sembilan kentheng atau batu dengan lubang di tengahnya, tetapi
yang trlihat hanya ada lima (atau tujuh, saya lupa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar