Jogja
by bandNINA
Kutemukan cinta di indahnya Jogjakarta
Buat hidupku berwarna terbuai asmara
Kunikmati cinta berdua slalu denganmu
Menyusuri kota budaya Jogjakarta
Tapi kini saatnya tiba kuharus tinggalkan dirimu
Meski hati kan slalu milikmu
Ada yang tertinggal di Jogjakarta
Saat kunaiki kereta
Semua kenangan cinta terajut asmara
Entah kapan lagi kita bertemu
Tak mungkin hatiku mendua
Bila nanti kujauh kan kudekap cinta
Ku tlah jatuh cinta pasrahkan diri padamu
Eratkan pelukan hangatnya Jogjakarta
Kunikmati cinta tak lepas diriku kau cumbu
Lelah habiskan malam romantisnya Jogjakarta
Walau diriku kini telah pergi hatiku kan slalu di sini
Slamanya kan kubawa kenangan di Jogjakarta
link lagunya BandNINA via soundcloud
Pertama kali dapet lagu ini dari Popy, mahasiswa Psikologi UGM
2009. Dia nge-wall di fbku link lagu itu
satu bulan sebelum aku ujian pendadaran. Ini lagu memang ngena banget, terutama
buat para mahasiswa atau perantau dari luar Jogja dan datang ke Jogja dalam
jangka waktu tertentu kemudian harus kembali karena urusannya telah selesai.
Seperti aku.
Kurang lebih delapan tahun sejak kedatanganku pertama tahun 2005
kemarin. Aku datang ke Jogja setelah tamat SMP dan melanjutkan di Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, jurusan MAK. Sebagian orang mungkin tau apa
itu MAK. Aku lulus tahun 2009, kemudian lolos dalam tes UM UGM dan masuk jurusan
Sastra Indonesia. Tanggal 27 Agustus lalu aku di wisuda sebagai salah satu
Sarjana Sastra.
Saat ini aku sedang berada di Jombang, mengikuti kegiatan dari Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM selama kurang lebih lima puluh hari.
Setelah kegiatan ini selesai, aku berencana mengunjungi beberapa tempat di Jawa
Timur dan Lombok mungkin hingga Februari tahun depan. Setelah itu? Aku belum
tau. Mungkin kerja, mungkin juga melanjutkan jalan-jalan lagi. Yang jelas, aku
masih belum ingin kembali ke tanah kelahiranku, Binjai, Sumatera Utara.
Saat ini ada perasaan enggan untuk meninggalkan Jogja. Sejauh manapun
aku pergi, jarak itu tidak memisahkanku terlalu jauh dengan Jogja. Jika pun
nanti aku harus pergi dan menetap di suatu tempat, aku selalu ingin kembali
lagi ke Jogja. Mungkin aku sudah jatuh cinta kepada Jogja.
Delapan tahun lebih aku di Jogja sudah membuatku mencintai kota Jogja
lebih dari kecintaanku terhadap kota kelahiranku sendiri. Cinta ini yang
membuatku terikat dan tidak ingin terlepas jauh darinya. Aku merindukan Jogja
lebih dari kerinduanku kepada keluargaku. Ketika pulang ke rumah saat lebaran,
aku seperti sedang mengunjungi suatu tempat yang bukan seperti kampung
halamanku sendiri. Selesai lebaran, aku ingin segera kembali ke Jogja seperti
di sanalah kampung halamanku.
![]() |
Kantor Pos Gede di Titik Nol Kilometer Jogjakarta |
![]() |
Ferstival Jogja Air Show di Pantai Parangtritis Jogjakarta |
Di Jogja, aku menemukan banyak hal yang tidak aku temukan di tempat
asalku maupun di tempat-tempat yang selama ini telah aku kunjungi. Kenyamanan,
keramahan, kesahajaan Jogja membuat hatiku terikat. Apa yang inginkan? Jogja
bisa menghadirkannya untukmu. Tetapi mungkin dengan cara yang sedikit berbeda
dari yang pernah atau kau inginkan. Aku mendapatkan banyak hal yang aku
inginkan di sini, bahkan hal-hal yang selama ini tidak pernah terbayangkan
sekalipun.
Di kota ini, seni dan budaya menjadi darah yang membuat kota ini terus
hidup. Hampir setiap bulan, berbagai kegiatan seni dan budaya terus
berlangsung, seakan para seniman di kota ini tidak pernah kehabisan ide untuk
dieksplor. Semua seni yang dihasilkan mampu membuatku takjub. Jogja Art
Festival, Bedog Art Festival, Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) dan berbagai
acara seni lainnya yang diadakan setiap tahun adalah salah beberapa dari sekian
banyak daya tarik yang membuatku betah tinggal di Jogja. Di Jogja, budaya
menjadi pengunci kearifan dan keramahan penduduknya.
![]() |
pegadang es di Benteng Taman Sari |
![]() | |
Salah satu kelompok pemusik Jalanan di Jalan Malioboro |
Berbagai bentang alam disajikan Jogja dengan sangat lengkap. Gunung,
Candi, hutan, pantai berserta lautannya terhampar luas dari ujung utara hingga
selatan, timur juga barat. Belum semua pantai aku sambangi. Dari beberapa pantai
yang menjadi favoritku adalah pantai Ngobaran di Wonosari. Pantainya tenang,
tidak banyak pengunjung datang ke sini. Ada beberapa pura yang menjadi tempat
persembahyangan umat hindu di sini. Pasirnya putih. Bebatuan karang menjulang
gagah dihantam derasnya ombak yang berlarian dari tengah laut. Jika bulan
purnama, tepian pantai akan surut pada siang hari. Saat-saat seperti itu adalah
waktu yang menjadi favoritku. Sepanjang pinggiran pantai yang surut menyisakan
berbagai pola bebatuan karang dan rumput laut. Banyak ikan-ikan kecil dari
berbagai jenis berlarian di lekukan karang yang terisi air. Jika diliat seperti
aquascape alami.
Aku adalah pecinta senja, dan Jogja telah memberiku banyak tempat yang
keren untuk menyaksikan langit sore itu hingga si Bola Api raksasa tenggelam.
Beberapa tempat yang menjadi favoritku untuk melihat senja adalah puncak
Paralayang Parangndog, Parangtritis, pantai Depok, stasiun Lempuyangan,
Alun-alun Utara dan titik Nol Kilometer Jogja.
![]() |
senja di stasiun lempuyangan Jogjakarta |
![]() |
Senja di pantai Parangkusumo Jogjakarta |
![]() | |
Senja di Pantai Parangtritis Jogjakarta |
![]() |
Senja di Alun-alun Utara Jogjakarta |
Ada yang tertinggal di Jogjakarta saat kunaiki
kereta
Aku merasakannya. Ini tidak bohong. Banyak hal
yang tertinggal di Jogja yang memaksamu untuk kembali lagi suatu saat nanti. Ia
memang memberikan banyak kesan, dan kesan itu abadi. Jika kau pergi meninggalkannya,
ia akan melepasmu dengan senyum keramahannya. Jogja memberikan apapun yang kau
inginkan, memberi kebebasan untukmu melakukan apapun yang kau mau. Tetapi dia
tidak mengizinkanmu membawanya ketika kau meninggalkannya agar suatu saat nanti
kau datang kembali ke Jogja. Apapun tujuanmu, Jogja akan menyambutmu dengan
kehangatannya.
Entah kapan lagi kita bertemu
Tak mungkin hatiku mendua
Bila nanti kujauh kan kudekap cinta
Jombang, 14 Oktober 2013
Jogja emang penuh kenangan....
BalasHapus