Minggu, 28 September 2014

Kamu Tau Kamu Hebat, Kok Ngelamar Kerja?


Dari kemarin hingga hari ini ada Career Day ECC UGM di GSP. Di twitter banyak postingan foto-foto seputar acara pencarian kerja tersebut yang begitu ramai hingga harus antri panjang. Di foto lain juga banyak yang memperlihatan suasana stand-stand perusahaan di ruang Grha Sabha yang ramai dikunjungi para pencari kerja. Ada yang menggelitik dari tema yang digaungkan dalam acara Career Day kali ini, “Kamu Tahu Kamu Hebat”. Ilustrasi di posternya menggambarkan Mark Zuckerberg yang merefleksikan seorang pemuda melalui cermin. Menurutku, ini kan sedikit janggal. Mark Zuckerberg kan seorang pendiri Facebook, wirausahawan, lebih tepatnya poster seperti ini digunakan untuk acara seminar wirausaha kreatif, dsb. Lha, ini kenapa malah di acara melamar kerja? Tempat semua orang berjubel mengharap bekerja di perusahaan impian. Janggal gak sih? Aku sih yes, menurut kamu? #halah

sumber @eecugm

Tapi ya gak masalah juga sih. Terserah tim kreatifnya lah.

Sejak lulus kuliah, hanya sekali aku datang ke Career Day, waktu itu yang ngadain Kompas Karir. Dengan jeans dan jaket belel, rambut gondrong kriting, aku masuk ke gedung PKKH UGM sendirian. Ya memang waktu niat gak niat buat datang ke acara seperti itu, kebetulan lewat ya sekalian singgah. Itu pertama kali aku masuk ke acara Jobfair. Aku cukup takjub, ya ternyata seperti ini suasana jobfair itu, dan seperti ini para pencari kerja; rapi, elegan, wangi. Kontras dengan pakaian dan penampilankuk waktu itu. Wajar aja kalau tidak satupun dari petugas stand-stand perusahaan itu menawarkan untuk bergabung di perusahaan mereka, atau sekedar memberi selebaran, leaflet, brosur perusahaannya ke aku yang kebetulan lewat di depan stand mereka. Dari penampilan, mungkin aku memang gak layak buat jadi karyawan mereka. Seperti temenku bilang, kalau mau mencari kerja, berpenampilanlah layaknya pekerja yang layak dipekerjakan.

Selama setahun pasca lulus kuliah, bisa dihitung jari berapa kali aku melamar pekerjaan, dan hanya dua kali aku mengikuti tes kerja. Paling banyak ketika aku memutuskan untuk tinggal di Medan, dan aku mulai mengirimkan berkas lamaran ke berbagai perusahaan di Medan. Itu pun hanya sebagai formalitas ketika ditanya orangtua tentang pekerjaan. Tapi, alhamdulillah tidak satu pun yang merespon.

Dari awal, aku memang tidak layak bekerja di perusahaan besar dan bonafit, apalagi menjadi salah satu pegawai PNS. Aku menghargai perusahaan yang membutuhkan pegawai yang tangguh, disiplin, ulet, dan mau bekerja sesuai kemauan perusahaan. Mereka membuat keputusan tepat ketika tidak menerimaku, karena aku bukan orang yang mereka butuhkan. Jika bergabung dengan mereka, mungkin aku hanya akan memperburuk citra perusahaan mereka dengan hasil kerjaku yang amburadul dan sikap tidak disiplin kepada atasan. Aku tidak bisa bekerja sebagai pegawai.

Melihat banyak teman-temanku yang melamar pekerjaan selama berbulan-bulan, mondar-mandir sana-sini untuk melakukan tes, sibuk mencari lowongan di berbagai situs pekerjaan. Sebenarnya aku juga melakukannya beberapa kali. Udah gitu, ada beberapa teman yang sudah diterima, malah keluar dengan alasan gaji tidak cocok, kerjaan gak sesuai, dan sebagainya. Kemudian aku berpikir, melamar pekerjaan adalah kegiatan yang membuang-buang waktu.

Beberapa bulan sebelum wisuda, aku punya rencana untuk usaha budidaya gurame. Waktu itu aku ikut seminar budidaya gurame dengan sistem gubah. Kemudian aku berpikir, ini layak dicoba. Namun sayang, ketika melamar restu ke orangtua untuk berwirausaha, ditolak. Waktu itu orangtua bilang, kalau cuma mau ternak ikan buat apa kuliah? Sewaktu diminta pulang, aku masih berencana untuk merealisasikan keinginanku itu. Bapak mendukung, tapi ibu belum memberi dukungan penuh. Menurut beliau menjadi pegawai bank itu lebih baik daripada usaha ikan. Yang aku heran, sejak kecil ibuku sudah berwirausaha dengan menjahit. Sementara bapak, walaupun bekerja sebagai karyawan perkebunan kelapa sawit, tapi setiap pulang kerja atau hari minggu beliau juga berwirausaha. Abangku juga diizinkan usaha, malah dibantu dengan dibuatkan bengkel. Kenapa aku malah gak boleh? Mungkin mereka merasa berwirausaha itu nggak enak, makanya mereka ingin anaknya cari jalan lain yang (terlihat) lebih baik.

Mungkin mental wisausahaku tidak sebesar para pengusaha hebat dunia, mungkin juga aku bukan seorang pekerja yang punya disiplin tinggi dan nurut dengan kemauan atasan. Tapi aku adalah seorang pekerja keras, minimal untuk mencukupi kebutuhan diriku, dan keluargaku kelak. Aku tau potensiku, batas kemampuan dan kelebihanku. Dari situ, aku hanya ingin bekerja sesuai dengan apa yang aku butuhkan. Dan, alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan untuk bekerja sesuai apa yang aku butuhkan. Bahasa kerennya, bekerja sesuai passion.

"Dan, jangan pernah mengendurkan keyakinan kepada Tuhanmu, karena Dia Maha Kuasa, tanpa batas, tanpa pengecualian, tanpa kemustahilan. Segala hal yang menurut kita tidak mungkin, selalu mungkin untuk-Nya."

Tapi, mau bagaimana pun, jalan kita masing-masing. Tidak ada niat untuk melakukan provokasi apapun untuk mengikuti apa yang aku lakukan. Lagi pula, apa yang bisa dibanggakan dari aku saat ini? Sekarang kan aku bukan siapa-siapa. Apa yang menjadi keberuntunganku, mungkin bukan untukmu. Begitu juga sebaliknya. Lakukan saja apa yang menurutmu benar untuk dilakukan, karena kamu yang lebih tau tentang dirimu dan apa yang kamu butuhkan. Apapun bisa kita usahakan, karena rizki sudah ditetapkan. Tidak perlu takut salah jalan, tidak perlu ragu dengan masa depan. Karena kepastian di dunia ini hanya apa yang dihadapkan pada kita sekarang, bukan nanti atau yang akan datang. Lakukan yang terbaik dari apa yang kamu yakini, karena hasil terbaik bukan dari pilihan terbaik tapi dari usaha terbaik yang bisa kita lakukan. Dan, jangan pernah mengendurkan keyakinan kepada Tuhanmu, karena Dia Maha Kuasa, tanpa batas, tanpa pengecualian, tanpa kemustahilan. Segala hal yang menurut kita tidak mungkin, selalu mungkin untuk-Nya.

Ini bukan catatan ceramah agama, apa yang aku ceritakan hanyalah pengalaman. Tidak perlu sombong jika kamu berhasil dengan mengecualikan Tuhan dalam usahamu, karena itu akan menenggelamkanmu secara perlahan; jika bukan menenggelamkan usahamu, ketenangan batinmu yang akan tenggelam. Semoga paragraf ini tidak diartikan sebagai kalimat provokatif.

Kamu tau kamu hebat, kok ngelamar kerja? 
So, masalah buat el? 


2 komentar:

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman