Rabu, 03 September 2014

Aku Percaya, Adekku Nggak Nakal!


Aku selalu yakin, adekku tidak senakal yang banyak dikatakan orang. Aku kenal dia. Aku paham apa yang dia rasa dan inginkan. Selama ini, ketika semua orang menjudge dia sebagai anak nakal, bandel dan boros, aku berpandangan sebaliknya. Justru dia melakukan itu karena ada sesuatu yang hilang darinya. Sesuatu yang selama ini sangat dia butuhkan tetapi tidak/ belum ia dapatkan secara penuh. Dia cuma butuh kasih sayang orangtua. 

Adekku udah berusaha mengatakan apa yang sebenarnya ia butuhkan, tapi orangtuanya selalu memaksanya untuk bersikap dewasa sebagaimana harusnya anak pertama. Sejak umur empat tahun hingga sekarang ia dipaksa untuk terus tinggal jauh dari orangtua. Padahal yang dia hanya ingin tinggal bersama orangtua, merasakan kasih sayang mereka. Itulah yang pernah dia katakan kepadaku. Bahkan dia bilang, dia iri dengan dua adeknya yang sejak kecil tinggal bersama orangtuanya. 



Orangtuanya selalu menekankan bahwa apa yang mereka lakukan kepadanya saat ini adalah untuk kebaikannya di masa depan. Mereka berharap adekku ini mengerti usaha dan pengorbanan yang telah dilakukan kedua orangtuanya selama ini untuknya. Tapi di sisi lain, mereka sama sekali tidak/ belum mengerti apa yang dibutuhkan anaknya. Ibarat puzzle, ada banyak bagian yang hilang dari kehidupannya yang jelas itu sangat mengganggu kestabilan psikologisnya. Orangtuanya sibuk membangun masa depannya yang sedemikian rupa, tetapi lupa memperkokoh pondasinya. Akhirnya adekku melakukan kenakalan-kenakalan yang sangat menjengkelkan kedua orangtuanya. Orangtuanya menganggap dia nakal dan tidak menghargai usaha mereka. Tapi di sisi lain, adekku hanya ingin mendapat perhatian orangtuanya. Mendapatkan apa yang harusnya menjadi haknya, namun belum ia dapatkan. Orangtuanya belum mengerti tentang itu. 

Dia sering disalahkan karena perbuatan nakalnya. Tapi kadang dakwahannya lebih dari apa yang dia lakukan, hingga akhirnya dia melakukan apa yang sebenarnya tidak ia lakukan tapi dituduh melakukan. Semua kesalahan ditimpakan kepadanya sekarang. Aku takut dia frustasi. Ya, dari dulu aku sangat mengkhawatirkannya. Walau kami satu kota di perantauan, tapi dia tinggal bersama pakleknya. 

Aku percaya adekku nggak senakal yang banyak orang sangkakan kepadanya. Dan sekarang aku sangat mengkhawatirkannya... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman