“Dia udah jujur nggak bakal ngulangi lagi. Tapi
aku udah terlanjur sakit hati,” tulis salah seorang teman melalui sosmed.
Ceritanya si
teman itu lagi curhat tentang pacarnya yang selingkuh tapi udah mengakui
perbuatannya dan berjanji nggak akan melakukan itu lagi. Tapi si temen ini
masih belom bisa berdamai dengan sikap cowoknya yang dianggap sudah menyakiti
hatinya. Ia kemudian diliputi kegalauan, satu sisi dia ingin menjalin kembali
hubungannya dengan si pacar seperti semula, tetapi di sisi lain hatinya yang
sakit hati belum sepenuhnya percaya dengan janji si cowok. Kemudian dia tanya
ke aku harus gimana.
Dari depan
leptop yang sedang online, aku cuma meringis menahan tawa dan berkata dalam
hati, “Kamu curhat ke orang yang salah. hihihihihi”
Sebagai
teman yang baik, aku menanggapi setiap curhatannya. Begitu juga dengan
pertanyaannya yang dia tanyakan barusan. Aku jawab begini, “Sekarang tinggal
kamu aja mau gimana, maafin dia dan melupakan kesalahan dia yang kemarin,
menjadikan semua kesalahan dia sebagai pelajaran buat kamu dan hubungan kalian,
dan memulai hubungan baru lagi, atau kamu tetap terpaku pada rasa sakit hatimu
dan mencurigai setiap apa yang dia lakukan. Kalau itu yang kamu pilih, ya
mending kamu putusin dia dan mencari orang lain yang belum pernah menyakiti
kamu, jadi kamu nggak punya kesan negatif sama dia.”
Kemudian si
teman tidak membalas lagi. hehehe.
Yap, kalau
menurutku sih sederhananya seperti itu. Ngapain menjalin hubungan kalo saling
curiga dan memendam dendam? Gimana mau bangun bangunan yang kokok kalau
pondasinya udah salah?
Maafin, lupakan,
dan mulai semua dari awal. Kalau iklan Pertamina waktu lebaran bilang, “Kembali
nol-nol yak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar