Satu cangkir kecil kopi Sidikalang aku putuskan untuk menjadi temanku
malam ini. Tidak ada yang spesial sebenarnya dengan malam ini, walaupun besok
adalah hari, yang bagi setiap orang yang mengalaminya, dianggap spesial. Tapi
aku menganggapnya biasa saja. Mungkin dulu aku sempat ingin menganggapnya
spesial. Yah, itu dulu. Dulu sekali, dan sudah sangat lama, jadi tidak perlu
diingat lagi.
Besok tanggal 4 April, hari dimana aku tepat menapakkan kaki di angka
duatiga. Usia yang seharusnya cukup matang bagi seorang lelaki sepertiku.
Beberapa waktu kemarin aku sempat membuat rencana semacam perayaan dalam rangka
pergantian angka dari duadua ke duatiga, salah satunya ke Bromo atau Semeru.
Tetapi, sekarang aku masih di sini, duduk di bilik luar warung kopi Lidah Ibu
sambil menikmati secangkir kopi Sidikalang, air putih, dan rokok sembari
menulis catatan ini.
Aku ingat, dulu ketika semester empat atau lima Prof. Faruk pernah
membahas tentang sebuah cerpen karya Putu Wijaya berjudul “Bersiap Kecewa
Bersedih Tanpa Kata-kata” sewaktu kuliah. Cerpen yang sederhana, tetapi
mengandung makna yang cukup kuat. Bercerita tentang seorang bapak yang mencari
hadiah berupa bunga seharga dua juta rupiah untuk hadiah ulangtahunnya. Ia
membeli hadiah untuk ulang tahun dirinya sendiri karena tidak ada keluarga yang
mengucapkan ataupun memberi hadiah kepadanya. Aku suka cerpen itu. Satu karya
cerpen sempat aku buat karena terinspirasi dari cerpen Putu tersebut judulnya
“Kado Seperti Punya Putu”. Tidak sebagus cerpen Putu pastinya.
Aku rasa tidak perlu terlalu berlebihan memikirkan hari kelahiran dengan
beragam bentuk perayaan, sia-sia saja. Aku hanya berharap aku mendapatkan apa
yang aku inginkan. Segalanya! Jika yang aku inginkan itu bukan yang aku
butuhkan, maka aku akan berdoa semoga Allah memberikan apa yang aku butuhkan ke
dalam apa yang aku inginkan. Amien.
Itu gambar kiriman Ninna. Jleb banget. Tapi emang bener sih. Ya emang seperti itu kenyataannya. hehehe.
Selamat ulang tahun, Mas Ardian! :D
BalasHapusmakasih indii..
Hapus