Rabu, 30 Maret 2011

Supir Angkot Selalu Benar

Jalanan siang itu cukup ramai. Maklum, waktu-waktu begini memang waktunya anak-anak pulang sekolah. Otomatis angkutan-angkutan umum bersiap untuk mengangkut penumpang yang kebanyakan adalah pelajar tersebut. Tidak jarang sesama supir angkot berlomba-lomba untuk mendapatkan penumpang. Dengan alasan itulah, para pengemudi angkutan kota terkadang mengabaikan peraturan-peraturan lalu lintas sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan yang lain.

Hal itulah yang dialami oleh teman saya. Ketika itu ia sedang dalam perjalanan ke kampus karena ada jadwal kuliah siang. Suasana yang panas, ditambah asap hitam dari knalpot kendaraan, terutama angkutan kota, membuat teman saya ketika berada di lampu merah perempatan Mirota Kampus berada di belakang sebuah angkutan kota ingin segera meninggalkan tempat itu. Begitu lampu hijau menyala, ia segera memacu kendaraannya untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Ia memotong angkot yang sebelumnya berada di depannya. Tidak beberapa jauh ia meninggalkan angkot itu, angkot berwarna kuning tersebut memotongnya dari sebelah kanan dan dengan tiba-tiba berbelok ke kiri dan nyaris saja menyerempet temanku. Untung saja ia masih sempat menghindar dan menarik rem. Perasaan kesal, marah, otomatis dirasakan temanku saat itu. Tetapi, ia berusaha untuk tidak emosi. Kemudian ia berlalu meninggalkan tersebut yang tengah menaikkan penumpang.


Hal seperti banyak terjadi di mana saja. Dikarenakan keteledoran supir angkot yang terburu-buru, sering kali mengacaukan lalu lintas di jalanan. Kebanyakan orang yang berhadapan dengan hal seperti itu, lebih baik bersikap sabar dan tidak mempermasalahkannya, karena hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Oleh sebab itu, muncul istilah “Supir angkot selalu benar.”

Istilah tersebut memang tidak terlalu populer dibanding istilah-istilah kaskus. Tetapi, sebagian besar masyarakat paham maksud dari istilah tersebut. Sopir angkot memang sering kali bersikap seakan-akan merekalah pemilik jalanan. Mereka berbuat sesuka hati, kejar-kejaran sesama angkot, menyalip dengan asal-asalan tanpa memperhatikan situasi dan kondisi di jalanan ketika itu, bahkan tidak jarang mereka dengan seenak hatinya menurunkan atau menaikkan penumpang di tengah jalan.

Selamet Sumario






Jika melihat kehidupan para supir angkot, kita akan mengerti apa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan pembelaan diri dari kebutuhan hidup yang semakin melilit. Selamet Sumario, salah seorang supir bis Kopata bercerita tentan kesehariannya sebagai supir angkot . Setiap hari ia berangkat mulai pukul enam pagi. Berkeliling kota Jogja sesuai dengan jalur yang sudah di tentukan. Ia bersama seorang temannya berlomba mencari penumpang dari pukul enam pagi hingga magrib. “Sekitar delapan sampai sembilan kali PP dalam sehari,” ungkapnya.

Hasil yang mereka dapatkan setiap harinya tidak bisa dipastikan. Jika sedang ramai, mereka bisa mendapatkan hasil sampai Rp. 400.000 sehari. Namun, jika sedang sepi penumpang, rata-rata pendapatan mereka sekitar Rp. 250.000 sehari. Itu semua masih berupa penghasilan kotor. Dari total penghasilan yang mereka peroleh dalam sehari, nantinya akan dipotong untuk biaya solar sebesar Rp. 170.000 dalam sehari. Dari sisanya, sekitar 60% disetorkan kepada pemilik angkot , dan sisanya, sekitar 40%, masih harus dibagi lagi untuk dia dan keneknya. “Ya memang segitu lah, mas, pendapatannya sehari, nggak nentu,” ungkap bapak 3 anak tersebut.

Selama separuh hidupnya ia jalani sebagai supir. Sebelum menjadi supir angkot Kopata, pria yang berusia 63 tahun ini berprofesi sebagai sopir angkutan barang. Kemudian pada sekitar tahun 1990-an, pak Selamet menjadi supir angkot di wilayah Jogjakarta. Pengalamannya dalam dunia transportasi angkot sudah cukup banyak, begitu juga dengan prilaku supir-supir angkot di jalanan. Ia tidak membenarkan statement yang mengatakan bahwa supir angkot selalu ugal-ugalan. “Setiap supir itu kan beda-beda, ada yang ugal-ugalan, tidak taat peraturan dan semaunya sendiri. Tetapi, ada juga supir yang tetap taat peraturan lalu lintas,” katanya singkat sebelum akhirnya Pak Selamet memulai aktifitasnya kembali.

Dari gambaran singkat di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa apa yang melatarbelangi perbuatan para supir angkot tersebut dikarenakan banyak hal, mulai dari pendapatan mereka yang tidak seberapa, tanggungan hidup sehari-hari, belum lagi dengan biaya BBM yang semakin hari semakin mencekik rakyat miskin seperti mereka.


ardian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman