Siapa yang kurang
cintanya terhadap Indonesia, dia harus mencoba tiga jalan untuk meningkatkan
cintanya itu, yaitu melalui udara, daratan atau menyelam ke lautan.
Alam Indonesia begitu menakjubkan. Hanya
melihat sedikit saja dari balik jendela pesawat gugusan pulau-pulau kecil
Kepulauan Riau sudah membuatku begitu takjub. Ini baru sebagian kecilnya saja.
Di Indonesia ada kurang lebih 17. 504 (sumber) gugusan pulau yang telah bernama
maupun belum yang tersebar dari ujung barat hingga timur, utara hingga selatan.
Mungkin seumur hidup kita tidak pernah bisa menjejaki setiap pulau yang ada di
negeri ini.
Kepulauan Riau dari atas pesawat |
Jika melihat melalui ketinggian, gugusan pulau
tersebut akan terlihat secara keseluruhan dengan masing-masing bentuknya yang
unik. Belum lagi beragam corak dataran, hutan, sungai dan pedesaan atau kota
beserta rumah-rumah yang seakan-akan membentuk pola-pola tertentu. Sangat
menakjubkan. Aku baru melihat sebagian kecilnya saja begitu takjub. Hampir
setiap penerbangan saya selalu berdoa agar mendapat kursi A atau F, biar dekat
dengan jendela dan bisa dengan puas memandangi bentang alam Indonesia dari
udara.
Rumah dan keluargaku tinggal di Langkat,
Sumatera Utara. Tetapi, aku lebih suka tinggal di Jogja. Hampir sembilan tahun
aku tinggal di kota ini bukan berarti aku melupakan tanah kelahiran. Bukan
begitu. Sebagai penggila jalan-jalan, Jogja menjadi titik yang ideal untuk
dapat melangkahkan kaki ke penjuru Indonesia. Bisa dikatakan Jogja terletak di
tengah-tengah Indonesia. Jika ingin ke berbagai tempat di Nusantara tidak
terlalu jauh dan juga tidak terlalu mahal. Lebih dari itu, ada banyak akses
informasi yang sangat berguna ketika ingin mengunjungi suatu daerah, beserta
cara-cara termudah hingga termurah untuk mengunjunginya.
Di sini aku mendapatkan itu semua. Tidak hanya
akses dan cara mengunjunginya, di sini aku juga mendapatkan cara untuk
menikmati alam Nusantara dengan lebih intim dan tidak semua orang bisa
melakukannya.
Mendaki ke Atas
Menuju puncak Merapi |
Melihat sesuatu dari ketinggian membuat apa
yang kita lihat terlihat utuh, luas, dan detail. Salah satu cara untuk mencapai
ketinggian adalah dengan mendaki gunung. Ada banyak gunung di Nusantara ini,
sebagian besar adalah gunung api. Itu sebabnya Indonesia juga dikenal sebagai
negeri cincin api, karena dari pulau Sumatera hingga Papua terdapat ratusan
gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Beberapa tidak bisa didaki,
tetapi sebagian besar bisa didaki, tetapi tetap dengan persiapan dan prosedur
keamanan.
Di pulau Jawa ada beberapa gunung yang “mudah”
untuk didaki dengan ketinggian sekitar 1200 hingga 3400-an mdpl. Aku baru
mencoba beberapa saja, dan tetap ingin terus mencoba semuanya, insya Allah. Aku
bukan anak mapala atau tergabung di organisasi pecinta alam. Kebetulan ada
beberapa teman yang punya hobi yang sama. Hanya dengan sedikit biaya untuk
logistik hingga transport kami sudah bisa menyalurkan hobi.
Alasanku mendaki bukan untuk menaklukkan
gunung. Tidak ada gunung yang bisa ditaklukkan, aku hanya ingin berada lebih
intim dengan alam. Menikmati setiap langkah di atas jalan setapak yang kadang
berlumpur, tanah pasir, atau berbatu untuk menuju puncaknya. Menghirup udara
sejuk hutan dan bau pepohonan, serta dedaunan yang menjadi teman sepanjang
perjalanan. Lelah pasti ada. Justru di saat lelah kian terasa, ego akan diuji
untuk menilai seberapa besar kemampuan kita menaklukkan diri sendiri. Hingga
akhirnya kesabaran kita akan diberi ganjaran yang setimpal ketika di puncak.
(foto).
Berjalan ke tengah
Jika mendaki membantu kita melihat keselurahan
objek yang kita lihat menjadi semakin luas dan utuh. Dengan berjalan, kita akan
melihat objek-objek itu secara lebih dekat, memperhatikan setiap detail yang
melekat padanya. Berjalanlah ke suatu tempat, semakin banyak berjalan maka
semakin banyak yang kita lihat.
Bermain senja di pelabuhan Kedi, Loloda, Halmahera Barat |
Indonesia kaya akan budaya, bahasa, dan
kesenian. Itu semua bisa kita rasakan ketika kita berjalan ke suatu daerah.
Keragaman dialek bahasa dan corak budaya, kesenian yang ada membuat kita paham
bahwa keindahan Indonesia bukan sekedar bentang alamnya saja. Dan, kita akan
membenarkan bahwa Indonesia adalah pecahan surga yang jatuh ke bumi.
Bagaimana cara menikmati dan melihat kemegahan
candi Borobudur jika tidak berjalan mendekat ke arahnya. Bagaimana cara
mengetahui bahwa di Jawa ada beragam bahasa dan dialek seperti sunda di Jawa
Barat, Jawa ngapak di sekitar Tegal, Banjarnegara, Wonosobo, Kebumen, Cilacap
dan sekitarnya. Bagaimana kita mengetahui jika di sepanjang pulau Sumatera
setiap daerah memiliki suku yang berbeda-beda, dan setiap suku juga memiliki
bahasa yang tidak sama satu sama lain? Ya, caranya dengan masuk ke dalam
komunitas penuturnya.
Semakin banyak berjalan, makin banyak yang
dilihat, banyak yang dirasa. Dan, semoga semakin banyak yang kita pahami akan
meningkatkan kebijaksanaan dan kearifan kita.
Menyelam ke dalam
Aku sebut ini keberuntungan, karena mungkin tidak
di tempat lain aku belum tentun mendapat pelatihan dan pengalaman menyelam di
laut. Benar-benar tidak pernah terbayangkan sebelumnya bisa punya keterampilan
menyelam. Tetapi, aku mengalaminya.
Selama menjadi mahasiswa Gadjah Mada, aku
pernah ikut dan terlibat aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unit Selam
selama kurang lebih dua tahun. Memang tidak terlalu sering, tetapi beberapa
tempat di Kapoposang, Makassar, Pantai Pasir Putih Banyuwangi, Pantai Bama
Situbondo sudah pernah terselami. Beruntungnya ikut UKM, biaya menyelam yang
seharusnya sampai jutaan, hanya 200rb sampai 500rb untuk biaya akomodasi dan
logistik seminggu karena Unit sudah punya semua peralatannya.
Dan, lagi-lagi, aku tidak bisa menggambarkan
bagaimana keindahan bawah laut itu agar kalian juga bisa merasakan apa yang
kurasakan ketika berada di sana. Begini saja. Kamu pasti tau ikan Anemon Fish
atau ikan Nemo? Bayangkan dia berada di dalam anemon yang menjadi rumahnya,
kemudian kamu mengulurkan tangan ke arahnya. Dengan lincahnya dia akan
menyerang tangahmu sebagai bentuk protektif untuk rumahnya.
Atau, bayangkan saja kamu bermain di dalam
akuarium raksasa dengan beragam terumbu karang warna-warni, serta ikan dengan
beragam bentuk, ukuran dan warna. Terkadang juga ada ubur-ubur yang bergerak
lambat naik-turun di sekitarmu. Ah, iya. Rasakan juga sentuhan air laut yang
menyentuh lembut kulitmu, dan gelembung udara yang kamu keluarga dari perangkat
selam yang kamu gunakan.
Waktu menyelam di Kapoposang, Makassar |
Sangat menakjubkan. Itu semua adalah
pengalaman-pengalaman yang tidak pernah aku lupakan sepanjang hidupku. Aku
bersyukur menjadi orang beruntung yang mendapat kesempatan merasakan semua
pengalaman itu secara langsung.
Tentunya kamu juga punya pengalaman yang sama
atau bahkan lebih baik dari apa yang aku rasakan. Tetaplah mendaki. Nikmati
lelahmu. Tetaplah berjalan sejauh kakimu melangkah. Tetaplah menyelam. Hamparan
laut masih cukup luas untuk kamu selami.
Bagi yang belum pernah, lakukanlah sekarang.
Sebelum kesibukan mengungkungmu layaknya hidup bebas di penjara, terlihat bebas
tetapi sebenarnya terkekang. Apapun cara yang kamu pilih, mana pun jalan yang
ingin kamu tempuh, dengan siapapun kamu ingin pergi, lakukanlah sekarang.
Kebahagiaan apa yang kamu dapatkan dari seumur hidup berada di balik meja
kantor? Orang bilang, traveling adalah salah satu cara terbaik untuk
menghindari stress.
Jadi, mana yang akan kamu pilih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar