Kamis, 10 November 2011

Belum Yakin dengan Rasulullah



http://www.hefamily.org

Sebagai seorang muslim, kita tentunya mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan rasul utusan Allah SWT. Kita juga pastinya percaya bahwa Rasulullah SAW adalah seseorang yang kharismatik, jujur, setiap kata-kata yang ia ucapkan merupakan wahyu yang jelas kebenarannya. Dan tidak diragukan lagi kepercayaan kita kepada Al-Quran yang merupakan wahyu yang berisi kebenaran dan petunjuk bagi setiap umat muslim di seluruh dunia. Tetapi, apakah kepercayaan itu diikuti dengan keyakinan di dalam diri kita tentang itu semua? Mungkin sebagian iya, dan sebagian lainnya hanya menjadikan itu semua hanya sebagai kepercayaan. Dan mungkin, itu manjadi salah satu sebab kenapa banyak orang Islam yang jauh dari sikap dan sifat keislaman.

Percaya berbeda dengan yakin. Begitu juga kepercayaan dan keyakinan, serta mempercayai dan meyakini. Kata-kata tersebut tidak hanya sekedar kata-kata yang dibubuhi afiks sehingga membuat kata kerja dan kata sifat menjadi kata benda, kata sifat, maupun kata kerja. Sudahlah, kita tidak akan membahas masalah kebahasaan itu di sini. Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa kepercayaan kita terhadap Rasulullah SAW dan Al-Quran tidak membawa kita kepada keyakinan terhadap keduanya?

Semua itu berdasarkan pengalaman. Zaman para shahabat dan sekitar 500-an tahun setelahnya masih disebut sebagai sebaik-baik zaman. Semakin jauh dari zaman ketika wafatnya Rasulullah, maka kualitas umat pada zaman tersebut semakin menurun. Hal itu dikarenakan pada zaman itu Rasulullah masih bersama mereka (umat islam pada zaman itu). Sehingga mereka masih dapat melihat dan merasakan langsung kharisma kenabian Rasulullah SAW. Selain itu, mereka juga dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah setiap permasalahan yang mereka hadapi. Ketika Rasulullah wafat, di tengah-tengah mereka masih ada sahabat dan para tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang bisa mereka jadikan pembimbing dalam berislam. Namun, ketika semakin jauh zaman berlalu hingga ke zaman di mana kita hidup sekarang, orang-orang yang memiliki kualitas seperti para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in sangat susah ditemukan, sehingga pemahaman yang kita dapatkan tentang Islam hanya sebatas gambaran dari teks-teks dan “asumsi” para ulama.

Kita mungkin percaya kepada Rasulullah dan Al-Quran, tetapi, mungkin kita belum meyakininya, karena keyakinan hanya akan muncul ketika kita mendapatkan pengalaman secara fisik maupun emosional secara langsung. Misalnya, kita percaya bahwa wedhus gembel itu panas. Tetapi, kita mungkin belum yakin sepanas apa wedhus gembel itu karena kita belum mengalaminya secara langsung, walaupun telah banyak bukti-bukti yang mendukung kepercayaan kita tersebut.

Lantas, bagaimana agar kita punya keyakinan yang kuat kepada Allah, Rasullullah, dan Islam karena untuk mendapatkan pengalaman nyata tidak mungkin lagi? Saya tidak tahu. Kalaupun saya tahu, belum tentu cara yang saya pakai dapat sesuai dengan anda. Setiap orang punya cara masing-masing untuk memperoleh keyakinan.

Artikel ini hanya berupa kegelisahan saya tentang keyakinan , dan mungkin para pembaca semua tentang Rasulullah, Al-Quran dan Islam. Semoga tulisan singkat ini dapat merangsang saya dan para pembaca sekalian untuk mengintrospeksi diri tentang keyakinan kita kepada Allah Swt, Rasulullah Muhammad Saw, Alquran, Islam dan segala hal yang wajib kita yakini, agar nantinya kita dapat menjadi salah satu di antara umat muslim yang yakin dengan sepenuh hati kepada Allah Swt, Rasulullah, Alquran, dan Islam. 
Wallahua'lam 

@ardianjusto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman