Rabu, 26 Juni 2013

Hati-hati dengan Gigi!

Penulis : drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio

Pelawak (alm) Leysus

Pelawak kondang Leysus yang memiliki nama asli Sugeng Winarso, meninggal dunia Januari 2006 lalu di suia relatif muda, 43 tahun. Leysus meninggal dalam karir yang sedang pada puncaknya. Kematiannya bukan saja meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan dunia lawak Indonesia, tetapi juga menyisakan tanda tanya mengenai penyebab kematianya. Mula-mula ia dikabarkan sakit gigi biasa. Ditambalkan malah bengkak ibawa lagi ke dokter gig, disarankan minum obat. Rasa sakit agak reda sebentar, tetapi bengkaknya semaki besar. Dikarenakan sering kumat, keluarga tidak terlalu cemas dengan sakit gigi Leysus. Sampai kemudian mucul gejalah aneh, tiba-tiba Leysus merasakan lunglai pada sebelah kaki dan tangannya. Becaranya cedal, ia terkena stroke.

Kepada beberapa media infotainment, keluarga Leysus menuturkan bahwa semua itu berasal dari sakit gigi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan seorang dokter yang merawat Leysus, bahwa pelawak asal Malang ini mengidap kanker otak yang sudah menyebar (metastase), dipicu oleh giginya yang terinfeksi.
Tentu saja kasus kematian Leysus yang berasal dari tambalan gigi menimbulkan kekhawatiran pada sebagian masyarakat. Benarkan infeksi gig bisa menyebar ke organ-organ vital tubuh? Benarkah stroke dapat bersumber dari gigi yang bermasalah? Bagaimana duduk perkaranya?

Teori Focal Infeksi

Jawaban atas pertanyaan di atas bisa dirunut dari teori focal infeksi yang banyak mendapat perhatian sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-20 ini. Teori ini menyebutkan bahwa inferksi di rongga mulut bertanggungjawab atas inisiasi dan progres berbagai penyakit inflamasi seperti radang sendi, tukak lambung, dan radang usus buntu. Kemajuan klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker, dsb. juga menjadi semakin jelas bahwa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit ke bagian tubuh lain.



Sejumlah studi epidemiologis mengusulkan bahwa infeksi rongga mulut, khusunya radang gusi (gingivitis) dan jaringan pendukung gigi (periodotitis) merupakan usatu faktor risiko bagi penyakit sistemik. Jumlah bakteri di rongga mulut mencapai ratusan juta. Xiajing Li dkk pada tahun 2000 mencatat lebih dari 1011 bakteri dalam setiap miligram plak gigi. Plak adalah semacam lendir yang senantiasa enempel pada permukaan gig. Memang tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan, sebagian besar justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan penyakit gigi. Banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik yaitu golongan bakteri anaerob gram negatif, antara lain P. Gingivalis, B. Intermedius, dan A. Actinomycetemcommitans. Bakteri-bakteri ini dominan pad aradang gusi dan radang sekitar ujung akar gigi sampai terjadi bengkak bernanah (abses) seperti dialami almarhum Leysus.

Penyebaran Lewat Darah

Bakteri rongga mulut dapat menyebar melalui aliran darah disebut bakteriemia, dan yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang dihasilkannya (endotoxin/ exotoxin). Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada 100% pasian setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi graham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel.

Penelitian melibatkan 735 anak-anak yang menjalani perawatan gigi busuk, menemukan 9% anak-anak mengalami bakteriemia. Penelitain lain menunjukkan penyebaran bakteri setelah perawatan gigi. Juga kurang dari satu menit setelah prosedur rongga mulut, kumdan dari gigi yang terinferksi mencapai jantung, paru, dan sistem kapiler darah tepi.

Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke dalam aliran darah. Namun, pada kondisi kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat 2-10 kali lipat, sehingga peluang terjadinya bakteriemi juga lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius sampai berujung kematian seperti almarhum Leysus.

Gigi dan gusi sebenarnya tidak melekat erat, melainkan ada celah sekita 2mm yang disebut kantung gusi (sulcus gingiva). Daerah inilah yang paling rentang terjadi infeksi bakteri dan peradangan, sehingga timbul penyakit periodontal. Tanda-tandanya: gusi memerah, bengkak, mudah berdarah, mungkin disertai kegoyahan gigi.

Grosi dan Genco dari Department of Oral Biology, School of Dental Medicine, State University of New York at Buffalo, USA, mengemukakan 17 macam penyakit sistemik yang berhubungan langsung dengan penyakit periodontal, termasuk penyakit gula, jantung, kanker, dan stroke. Beberapa penelitian retrospektif membuktikan, pasien penyakit jantung, stroke, DM, umumnya kebersihan mulutnya lebih jelek dibanding pasien normal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gigi dan mulut menjadi pemicu dan dapat memperparah berbagai penyakit sistemik.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting bukan saja untuk mencegah penyakit oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik. Kematian pelawak kondang Leysus, hendaknya menjadi cermin bagi kita semua supaya lebih serius dalam menjaga kesehatan mulu dan gigi.

Sumber :
Cobra Campus edisi Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isi Blognya ini ....

Tayangan

Cari Blog Ini

Teman-teman